Senin, 13 April 2015

Wanita Janda Kembang

3

Aku sebenarnya enggan memperkenalkan diri sebagai dokter, namun untuk kelengkapan cerita, aku terpaksa mengakui bahwa aku memang dokter.
Telah belasan tahun berpraktek aku di kawasan kumuh ibu kota, tepatnya di kawasan Pelabuhan Rakyat di Jakarta Barat. Pasienku lumayan banyak, namun rata-rata dari kelas menengah ke bawah. Jadi sekalipun telah belasan tahun aku berpraktek dengan jumlah pasien lumayan, aku tetap saja tidak berani membina rumah tangga, sebab aku benar-benar ingin membahagiakan isteriku, bila aku memilikinya kelak, dan kebahagiaan dapat dengan mudah dicapai bila kantongku tebal, simpananku banyak di bank dan rumahku besar.
Namun aku tidak pernah mengeluh akan keadaanku ini. Aku tidak ingin membanding-bandingkan diriku pada Dr. Susilo yang ahli bedah, atau Dr. Hartoyo yang spesialis kandungan, sekalipun mereka dulu waktu masih sama-sama kuliah di fakultas kedokteran sering aku bantu dalam menghadapi ujian. Mereka adalah bintang kedokteran yang sangat cemerlang di bumi pertiwi, bukan hanya ketenaran nama, juga kekayaan yang tampak dari Baby Benz, Toyota Land Cruiser, Pondok Indah, Permata Hijau, Bukit Sentul dll.
Dengan pekerjaanku yang melayani masyarakat kelas bawah, yang sangat memerlukan pelayanan kesehatan yang terjangkau, aku memperoleh kepuasan secara batiniah, karena aku dapat melayani sesama dengan baik. Namun, dibalik itu, aku pun memperoleh kepuasan yang amat sangat di bidang non materi lainnya.

Suatu malam hari, aku diminta mengunjungi pasien yang katanya sedang sakit parah di rumahnya. Seperti biasa, aku mengunjunginya setelah aku menutup praktek pada sekitar setengah sepuluh malam. Ternyata sakitnya sebenarnya tidaklah parah bila ditinjau dari kacamata kedokteran, hanya flu berat disertai kurang darah, jadi dengan suntikan dan obat yang biasa aku sediakan bagi mereka yang kesusahan memperoleh obat malam malam, si ibu dapat di ringankan penyakitnya.
Saat aku mau meninggalkan rumah si ibu, ternyata tanggul di tepi sungai jebol, dan air bah menerjang, hingga mobil kijang bututku serta merta terbenam sampai setinggi kurang lebih 50 senti dan mematikan mesin yang sempat hidup sebentar. Air di mana-mana, dan aku pun membantu keluarga si ibu untuk mengungsi ke atas, karena kebetulan rumah petaknya terdiri dari 2 lantai dan di lantai atas ada kamar kecil satu-satunya tempat anak gadis si ibu tinggal.
Karena tidak ada kemungkinan untuk pulang, maka si Ibu menawarkan aku untuk menginap sampai air surut. Di kamar yang sempit itu, si ibu segera tertidur dengan pulasnya, dan tinggallah aku berduaan dengan anak si ibu, yang ternyata dalam sinar remang-remang, tampak manis sekali, maklum, umurnya aku perkirakan baru sekitar awal dua puluhan.
“Pak dokter, maaf ya, kami tidak dapat menyuguhkan apa apa, agaknya semua perabotan dapur terendam di bawah”, katanya dengan suara yang begitu merdu, sekalipun di luar terdengar hamparan hujan masih mendayu dayu.
“Oh, enggak apa-apa kok Dik”, sahutku.
Dan untuk melewati waktu, aku banyak bertanya padanya, yang ternyata bernama Sri.
Ternyata Sri adalah janda tanpa anak, yang suaminya meninggal karena kecelakaan di laut 2 tahun yang lalu. Karena hanya berdua saja dengan ibunya yang sakit-sakitan, maka Sri tetap menjanda. Sri sekarang bekerja pada pabrik konveksi pakaian anak-anak, namun perusahaan tempatnya bekerja pun terkena dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Saat aku melirik ke jam tanganku, ternyata jam telah menunjukkan setengah dua dini hari, dan aku lihat Sri mulai terkantuk-kantuk, maka aku sarankan dia untuk tidur saja, dan karena sempitnya kamar ini, aku terpaksa duduk di samping Sri yang mulai merebahkan diri.
Tampak rambut Sri yang panjang terburai di atas bantal. Dadanya yang membusung tampak bergerak naik turun dengan teraturnya mengiringi nafasnya. Ketika Sri berbalik badan dalam tidurnya, belahan bajunya agak tersingkap, sehingga dapat kulihat buah dadanya yang montok dengan belahan yang sangat dalam. Pinggangnya yang ramping lebih menonjolkan busungan buah dadanya yang tampak sangat menantang. Aku coba merebahkan diri di sampingnya dan ternyata Sri tetap lelap dalam tidurnya.
Pikiranku menerawang, teringat aku akan Wati, yang juga mempunyai buah dada montok, yang pernah aku tiduri malam minggu yang lalu, saat aku melepaskan lelah di panti pijat tradisional yang terdapat banyak di kawasan aku berpraktek. Tapi Wati ternyata hanya nikmat di pandang, karena permainan seksnya jauh di bawah harapanku. Waktu itu aku hampir-hampir tidak dapat pulang berjalan tegak, karena burungku masih tetap keras dan mengacung setelah ’selesai’ bergumul dengan Wati. Maklum, aku tidak terpuaskan secara seksual, dan kini, telah seminggu berlalu, dan aku masih memendam berahi di antara selangkanganku.

Aku mencoba meraba buah dada Sri yang begitu menantang, ternyata dia tidak memakai beha di bawah bajunya. Teraba puting susunya yang mungil. dan ketika aku mencoba melepaskan bajunya, ternyata dengan mudah dapat kulakukan tanpa membuat Sri terbangun. Aku dekatkan bibirku ke putingnya yang sebelah kanan, ternyata Sri tetap tertidur. Aku mulai merasakan kemaluanku mulai membesar dan agak menegang, jadi aku teruskan permainan bibirku ke puting susu Sri yang sebelah kiri, dan aku mulai meremas buah dada Sri yang montok itu. Terasa Sri bergerak di bawah himpitanku, dan tampak dia terbangun, namun aku segera menyambar bibirnya, agar dia tidak menjerit. Aku lumatkan bibirku ke bibirnya, sambil menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Terasa sekali Sri yang semula agak tegang, mulai rileks, dan agaknya dia menikmati juga permainan bibir dan lidahku, yang disertai dengan remasan gemas pada ke dua buah dadanya.
Setalah aku yakin Sri tidak akan berteriak, aku alihkan bibirku ke arah bawah, sambil tanganku mencoba menyibakkan roknya agar tanganku dapat meraba kulit pahanya. Ternyata Sri sangat bekerja sama, dia gerakkan bokongnya sehingga dengan mudah malah aku dapat menurunkan roknya sekaligus dengan celana dalamnya, dan saat itu kilat di luar membuat sekilas tampak pangkal paha Sri yang mulus, dengan bulu kemaluan yang tumbuh lebat di antara pangkal pahanya itu.
Kujulurkan lidahku, kususupi rambut lebat yang tumbuh sampai di tepi bibir besar kemaluannya. Di tengah atas, ternyata clitoris Sri sudah mulai mengeras, dan aku jilati sepuas hatiku sampai terasa Sri agak menggerakkan bokongnya, pasti dia menahan gejolak berahinya yang mulai terusik oleh jilatan lidahku itu.
Sri membiarkan aku bermain dengan bibirnya, dan terasa tangannya mulai membuka kancing kemejaku, lalu melepaskan ikat pinggangku dan mencoba melepaskan celanaku. Agaknya Sri mendapat sedikit kesulitan karena celanaku terasa sempit karena kemaluanku yang makin membesar dan makin menegang.
Sambil tetap menjilati kemaluannya, aku membantu Sri melepaskan celana panjang dan celana dalamku sekaligus, sehingga kini kami telah bertelanjang bulat, berbaring bersama di lantai kamar, sedangkan ibunya masih nyenyak di atas tempat tidur.
Mata Sri tampak agak terbelalak saat dia memandang ke arah bawah perutku, yang penuh ditumbuhi oleh rambut kemaluanku yang subur, dan batang kemaluanku yang telah membesar penuh dan dalam keadaan tegang, menjulang dengan kepala kemaluanku yang membesar pada ujungnya dan tampak merah berkilat.
Kutarik kepala Sri agar mendekat ke kemaluanku, dan kusodorkan kepala kemaluanku ke arah bibirnya yang mungil. Ternyata Sri tidak canggung membuka mulutnya dan mengulum kepala kemaluanku dengan lembutnya. Tangan kanannya mengelus batang kemaluanku sedangkan tangan kirinya meremas buah kemaluanku. Aku memajukan bokongku dan batang kemaluanku makin dalam memasuki mulut Sri. Kedua tanganku sibuk meremas buah dadanya, lalu bokongnya dan juga kemaluannya. Aku mainkan jariku di clitoris Sri, yang membuatnya menggelinjang, saat aku rasakan kemaluan Sri mulai membasah, aku tahu, saatnya sudah dekat.
Kulepaskan kemaluanku dari kuluman bibir Sri, dan kudorong Sri hingga telentang. Rambut panjangnya kembali terburai di atas bantal. Sri mulai sedikit merenggangkan kedua pahanya, sehingga aku mudah menempatkan diri di atas badannya, dengan dada menekan kedua buah dadanya yang montok, dengan bibir yang melumat bibirnya, dan bagian bawah tubuhku berada di antara kedua pahanya yang makin dilebarkan. Aku turunkan bokongku, dan terasa kepala kemaluanku menyentuh bulu kemaluan Sri, lalu aku geserkan agak ke bawah dan kini terasa kepala kemaluanku berada diantara kedua bibir besarnya dan mulai menyentuh mulut kemaluannya.
Kemudian aku dorongkan batang kemaluanku perlahan-lahan menyusuri liang sanggama Sri. Terasa agak seret majunya, karena Sri telah menjanda dua tahun, dan agaknya belum merasakan batang kemaluan laki-laki sejak itu. Dengan sabar aku majukan terus batang kemaluanku sampai akhirnya tertahan oleh dasar kemaluan Sri. Ternyata kemaluanku cukup besar dan panjang bagi Sri, namun ini hanya sebentar saja, karena segera terasa Sri mulai sedikit menggerakkan bokongnya sehingga aku dapat mendorong batang kemaluanku sampai habis, menghunjam ke dalam liang kemaluan Sri.
Aku membiarkan batang kemaluanku di dalam liang kemaluan Sri sekitar 20 detik, baru setelah itu aku mulai menariknya perlahan-lahan, sampai kira-kira setengahnya, lalu aku dorongkan dengan lebih cepat sampai habis. Gerakan bokongku ternyata membangkitkan berahi Sri yang juga menimpali dengan gerakan bokongnya maju dan mundur, kadangkala ke arah kiri dan kanan dan sesekali bergerak memutar, yang membuat kepala dan batang kemaluanku terasa di remas-remas oleh liang kemaluan Sri yang makin membasah.

Tidak terasa, Sri terdengar mendasah dasah, terbaur dengan dengusan nafasku yang ditimpali dengan hawa nafsu yang makin membubung. Untuk kali pertama aku menyetubuhi Sri, aku belum ingin melakukan gaya yang barangkali akan membuatnya kaget, jadi aku teruskan gerakan bokongku mengikuti irama bersetubuh yang tradisional, namun ini juga membuahkan hasil kenikmatan yang amat sangat. Sekitar 40 menit kemudian, disertai dengan jeritan kecil Sri, aku hunjamkan seluruh batang kemaluanku dalam dalam, kutekan dasar kemaluan Sri dan seketika kemudian, terasa kepala kemaluanku menggangguk-angguk di dalam kesempitan liang kemaluan Sri dan memancarkan air maniku yang telah tertahan lebih dari satu minggu.
Terasa badan Sri melamas, dan aku biarkan berat badanku tergolek di atas buah dadanya yang montok. Batang kemaluanku mulai melemas, namun masih cukup besar, dan kubiarkan tergoler dalam jepitan liang kemaluannya. Terasa ada cairan hangat mengalir membasahi pangkal pahaku. Sambil memeluk tubuh Sri yang berkeringat, aku bisikan ke telinganya, “Sri, terima kasih, terima kasih..”.



Minggu, 12 April 2015

Malu Tapi Mau

1

Pertama kali aku pacaran yaitu pada waktu semester pertama di kuliahku di sebuah perguruan tinggi swasta di kota Y. Memang aku agak telat untuk pacaran, semasa SMA dulu dimana sekolahku adalah sekolah homogen yang muridnya cowok semua temen-temenku kebanyakan sudah pada punya pacar sementara aku masih betah sendirian. Bukannya aku tidak laku atau bagaimana, tetapi memang aku-nya yang belum mau untuk membina suatu hubungan di samping nasihat dari orangtua yang menganjurkan aku untuk sekolah dulu sampai selesai baru pacaran. Namun ketika aku masuk ke bangku perkuliahan nasihat dari orangtuaku jadi tidak mempan ketika aku naksir seorang cewek sekelas yang cantik, seksi, pintar dan merupakan “bunga” kampus di angkatanku, Adriana namanya dan biasa dipanggil Ana. Dia cewek yang mempunyai darah keturunan dari Jawa Timur – Kalimantan – Belanda, jadi masih bau-bau indo gitu. Langsung aku putar otak untuk mencari cara mendekatinya, maklum baru kali itu aku mencoba untuk melamar cewek untuk jadi pacar.Singkat kata akhirnya aku dapatkan Ana menjadi pacarku. Awal-awal kami pacaran berjalan biasa-biasa saja dalam arti normal saja, seperti layaknya remaja lain yang berpacaran. Namun ketika suatu waktu aku ajak Ana keluar untuk merayakan Valentines Day dia menagih janji yang aku ucapkan waktu di jalan. Memang waktu itu aku beri dia kejutan seikat mawar merah tanda cintaku padanya, kelihatan dia surprise sekali dan bertanya “Wah, kamu ini senengnya kok bikin kejutan sih sayang. Masih ada kejutan lagi tidak nanti?” Aku jawab saja sekenaku, “Oh, pasti ada doong..” sambil otakku berputar karena memang aku tidak ada kejutan lagi untuknya. Ketika di mobil masih di parkiran sebuah rumah makan yang tempatnya memang agak gelap setelah kami selesai makan dan akan pulang, Ana kembali menagih janjiku itu “Mana doong, katanya ada kejutan lagi buat aku?” rajuknya manja. Aku terhenyak bingung, belum sempat aku berpikir tanpa kusadari aku menyorongkan wajahku ke wajah cantiknya untuk mencium pipinya. Tapi ternyata cewekku itu malah menyambutnya dengan bibir sensualnya hingga bibir kami saling beradu. Aku sempat kaget juga, maklum baru kali itu aku mencium bibir cewek.
Tapi karena ketika SMA aku sering baca buku porno dan liat film BF maka aku pun segera mencoba untuk mengimbangi cewekku dengan memainkan bibirku di bibirnya. Tidak lama kami berciuman, mungkin dia merasakan aku yang begitu canggung dalam berciuman, alamak.. malu sekali aku. Memang bagi Ana, aku ini adalah pacarnya yang ketiga setelah putus dengan pacar-pacarnya yang terdahulu jadi dia sudah berpengalaman dalam urusan cium-mencium dan seks dibandingkan dengan aku yang hanya tahu teorinya saja. Tapi inilah awal dari semua cerita indah kami saat berpacaran.
Sejak saat itu kemudian aku jadi ketagihan untuk mencium bibir sensual gadisku itu, bahkan malah dia yang membimbing tanganku untuk membelai-belai bagian tubuhnya. Pada suatu ketika saat kami berciuman di suatu lembah yang sepi di pinggir sawah aku kembali dibuat malu oleh Ana karena waktu itu memang aku hanya mencium bibirnya saja sedangkan tanganku anteng hanya memeluk pinggul atau punggungnya. Dibimbingnya tanganku menuju buah dadanya yang berukuran 36B itu, dan kembali aku terhenyak karena kekenyalan bukit indah kembar tersebut. Tanganku menelungkupi buah dada itu walau masih tertutup baju, tapi ada rasa nikmat dan senjataku jadi tegang. Lalu aku lepaskan ciumanku sambil menatapnya tapi tanganku masih memegangi buah dadanya “Ada apa sayang?” tanya Ana. Aku tersipu malu, kemudian Ana bertanya, “Mau pegang ini hh..?” sambil matanya melirik ke buah dadanya yang indah itu. “Boleh..?” tanyaku, tanpa menjawab Ana langsung menarik tanganku masuk ke kaos ketatnya sampai ke BH-nya dan kemudian dipelorotkan satu tali BH-nya sehingga buah dadanya menyembul keluar. Tanganku pun kembali menelungkupi buah dadanya yang montok dan kenyal itu hanya bedanya sekarang tidak ada penghalang sehingga putingnya yang bulat dan keras itu terasa di telapak tanganku. Ana mendesah dan kembali kami berciuman, senjataku pun menjadi semakin tegang dan mengembang dalam celana jeansku.

Karena nafsuku sudah sampai ubun-ubun kugesekkan kemaluanku ke perutnya, Ana semakin mendesah merasakan besarnya senjataku. Semua itu kami lakukan sambil berdiri bersandar pada sebuah pohon. Karena tempat itu agak terbuka akhirnya kami akhiri cumbuan kami karena takut ketahuan warga sekitar. Namun setelah itu aku jadi semakin berani dan pintar dalam bercumbu, sering kami melakukan di rumahku di saat mengerjakan tugas kampus berdua, didukung suasana rumah yang sepi karena kedua orangtuaku bekerja dan adikku waktu itu masih sekolah hanya ada pembantu yang menyambi buka warung kelontong di garasi rumahku. Kadang juga kami bercumbu saat di bioskop, di mobil, sampai di toilet kampus bahkan saat kami berdua berboncengan naik motor Ana sering meremas-remas dan memainkan batang kemaluanku dari belakang. Di atas sofa saat di rumahku kami bercumbu dengan hot-nya, aku buka kaos ketat Ana yang memakai resleting di depan sebagai kancing (sengaja aku belikan kaos itu untuknya supaya mudah dibuka saat ingin bercumbu). Aku buka BH-nya sehingga tampaklah buah dadanya yang menyembul indah di hadapanku. Kemudian aku remas-remas dengan gerakan memutar dari luar menuju ke dalam.
Sementara itu aku melumat bibir sensualnya, kemudian turun ke lehernya. Aku jilati lehernya sampai ke telinganya, Ana mendesah pelan pertanda dia mulai terangsang. Jilatanku turun terus sampai kemudian ke buah dadanya. Aku jilati dan caplok buah dada itu, kusedot-sedot, lalu kujilati putingnya. Ana meremas rambutku sambil menekan kepalaku ke dadanya. Terus kulakukan itu terhadap buah dada yang satu lagi. Jilatanku turun ke perut, kujilati perutnya Ana menggelinjang kegelian. Tapi jilatanku tidak bisa turun lagi karena terhalang celana panjang katunnya. Nafsuku semakin memuncak, kemaluanku tegang sekali ingin mencari lubang kenikmatannya untuk kumasuki.
Kurebahkan dia di sofa itu kemudian kugulung ke atas sampai ke paha celana katunnya. Terlihat betis indahnya menantang serta paha mulusnya yang putih itu seakan memanggilku untuk mengelusnya. Langsung saja kucium, jilati, dan elus mulai betis indahnya sampai ke pahanya. Memang aku selalu tertarik dengan cewek yang cantik seksi dan mempunyai sepasang kaki yang indah dan panjang seperti Ana cewekku itu. Batang kemaluanku sudah tambah tegang di dalam celana pendekku yang kukenakan dan aku tidak tahan lagi, kemudian aku tindih tubuh Ana sambil mengepaskan kemaluanku yang tegang itu di liang kemaluannya yang masih tertutup celana katun itu. Ana memelukku dan kemudian kugesek-gesekkan batang kemaluanku di situ sambil tanganku tak henti mengelus betis mulus dan meremas pahanya.
“Ssh.. ah.. ah.. ah.. ehm.. sayang, I want it real baby.. ehm.. ehmm.. ssh..” desah Ana di kupingku. Aku tidak peduli dengan kata-katanya, gesekanku kupercepat payudara Ana bergerak-gerak karena desakanku di tubuhnya. Ana semakin tidak karuan gerakannya, sambil menggigit bibir bawahnya dia terus mendesah dan aku semakin terangsang oleh desahannya itu. Tak lama kemudian Ana memperketat pelukannya sambil membenamkan wajahnya ke dadaku yang berbulu dan berteriak tertahan (takut ketahuan pembantuku soalnya), “Aaahh.. sayaangg.. oohh.. aku keluar baby.. eehh.. hhmm..” Kuhentikan gesekanku di kemaluannya, dan Ana melepaskan pelukannya sambil mengecup bibirku dan berkata “Kamu huebat sayang..” dengan matanya yang indah mengerjap-ngerjap seakan masih menikmati orgasmenya itu. Sekarang tinggal aku yang belum tuntas, Ana seakan mengerti keinginanku kemudian bangkit dan membuka celanaku kemudian meraih batang kemaluanku yang berdiri tegak itu, dielusnya perlahan kemudian dikocoknya lalu dikulumnya batang kemaluanku. Geli sekali rasanya, tapi enak sekali! Lain sekali rasanya apabila aku onani sendiri menggunakan guling yang selama ini sering aku lakukan.
Disedot-sedot oleh mulutnya kemaluanku, tapi kemudian aku tarik kepalanya dan kusuruh Ana untuk tengkurap di sofa. Setelah tengkurap kupandangi pantatnya yang padat bulat itu lalu kuremas-remas. Aku lalu mengangkanginya dan menggesekkan batang kemaluanku mula-mula di betis indahnya lalu di paha putih mulusnya kemudian berakhir di pantat bulatnya yang masih tertutup celana katun itu. Kugesekkan, ooh.. nikmat sekali pantatnya sambil tanganku meremas-remas payudaranya dan kuciumi pipi dan lehernya. Gesekanku di pantatnya semakin kupercepat, sampai Ana terdorong ke depan karena gerakanku. Akhirnya penantianku hampir sampai, “Oh.. Ana..pantatmu enak sekali.. uuh.. aku mau keluar sayang.. aah..” dan, “Creet.. croot.. croot..” air maniku memancar keluar di dalam celana dalamku. Aku terkulai lemas menindih Ana yang masih tengkurap sementara batang kemaluanku masih di pantatnya yang bulat itu.
Setelah itu kami merapikan baju dan kembali mengerjakan tugas kuliah kami. Nah, maka ketika kami dapat tugas dalam kuliah, kami senang soalnya dapat kesempatan untuk bercumbu ria, untuk memperlancar itu aku dan Ana selalu berdua membentuk kelompok sendiri (maklum, kami berdua memang sama-sama punya nafsu yang besar).
Namun itu belum seberapa, puncaknya saat mahasiswa angkatanku akan mengadakan study tour ke Jakarta, tentu saja aku serta Ana jadi panitia inti dan karena aku menjabat sebagai sekretaris Himpunan Mahasiswa Jurusan. Maka otomatis rumahku jadi base camp anak-anak panitia untuk membuat surat-surat kunjungan ke instansi-instansi di Jakarta dan perijinan serta membuat buletin study tour. Nah, sebelum teman-teman datang Ana pagi-pagi sekali sudah datang di rumahku, tidak lain tujuannya untuk bercumbu mesra itu tadi. Namun bukan itu yang akan kuceritakan, karena ada pengalaman lain yang tak terlupakan buatku untuk kuceritakan di sini.

Singkat cerita study tour kami berjalan sempurna, aku dan Ana sudah punya rencana untuk memisahkan diri dari rombongan setelah kunjungan terakhir di sebuah kantor organisasi dunia di Jakarta. Kami berdua sepakat untuk tidak mengikuti rombongan yang sebelum pulang ke Y akan mampir rekreasi di Dunia Fantasi, karena nantinya ternyata kami berdua membuat dunia fantasi kami sendiri. Untuk mengelabui dosen dan teman-teman lainnya, kami pamit memisahkan diri dari rombongan dengan tujuan masing-masing. Ana akan ke rumah kakak perempuannya di Bekasi sedangkan aku akan ke rumah Pakde di Jakarta Selatan. Namun setelah aku telepon ke Pak De ternyata beliau sekeluarga sedang ada di Puncak selama 3 hari dan di rumah hanya ada pembantu saja. Mendengar itu Ana langsung mengajakku ke rumah kakaknya saja, aku menurut saja karena aku tidak begitu tahu kota Jakarta.
Setelah sampai di rumah kakak perempuannya, aku dikenalkan dengan suaminya. Tak berapa lama aku semakin akrab dengan keluarga muda tersebut. Mereka belum mempunyai momongan dan tinggal di perumahan dengan satu pembantu. Karena kakak ipar Ana adalah pekerja yang sibuk, beliau seorang manager di suatu perusahaan konstruksi alat berat, maka sampai di rumah sudah capai dan langsung tertidur di kamar. Sedangkan kakak Ana seorang ibu rumah tangga biasa. Aku diberi kamar tidur yang terpisah dari kamar Ana, namun pada suatu malam Ana menyelinap ke kamar yang kutempati. Mula-mula kami hanya ngobrol-ngobrol saja membicarakan rencana kepulangan kami berdua, tapi lama-kelamaan kami semakin merapat dan langsung berciuman. Memang selama study tour kami “puasa” tidak bercumbu, maka kesempatan itu tidak kami sia-siakan apalagi kakak Ana dan suaminya sudah tertidur di kamar atas dan pembantu sudah molor sejak jam sembilan malam. “Sayang! tolong buka bajuku doong.. biar enak,” kata Ana. Lalu kami bergulingan di kasur saling menindih menuntaskan hasrat yang tertahan.
Di sela-sela bercumbu terdengar suara benda jatuh di teras depan. Aku melepaskan ciumanku dan keluar memeriksa, ternyata hanya seekor kucing yang menyenggol pot tanaman. “Sial..!” gerutuku, “gangguin orang lagi seneng aja tuh kucing.” Tapi untungnya seisi rumah tidak ada yang terbangun gara-gara kucing buluk itu. Lalu kembali aku masuk ke kamar melanjutkan permainanku dengan Ana. Mulai kulumat bibirnya, kumainkan lidahku di mulutnya, kucium lehernya dan kujilati telinganya. “Aaah.. sayang, kamu.. hh.. kangen tidak sam.. sama aku?” tanya Ana sambil terengah-engah menahan rangsanganku. Aku tidak menjawab karena mulutku sibuk menciumi lehernya. Tanganku melepas BH-nya, tapi Ana merajuk dan memakai kembali BH itu. “Enngg.. sayang jangan pakai tangan doong.. ngelepasnya pake mulut kamu dong yaang.. please..” edan tenan, baru kali ini Ana minta yang aneh-aneh sama aku. Tapi aku turuti kemauannya. Kugigit tali BH-nya lalu kupelorotkan sampai ke lengan, sementara itu untuk membuka cup BH-nya kugigit pinggirannya dan kupelorotkan ke bawah hingga hidungku menyenggol putingnya yang sudah tegak mengeras itu. “Aaauuw.. geli sayang, teruss.. sayang yang satunya lagi..” pinta Ana manja.
Kembali aku melakukan hal yang sama terhadap payudara yang satunya hingga menyembul, keluarlah dua bukit kembar yang montok, besar dan indah itu di depan mataku. Dengan buas langsung kucaplok payudara kirinya, kusedot-sedot dan kujilati putingnya sementara tangan kiriku meremas-remas payudara kanannya. Kemudian bergantian kucaplok payudara kanan sementara payudara kiri kuremas-remas sambil kumainkan putingnya (karena payudara kiri Ana yang paling sensitif terkena rangsangan). Payudaranya sekarang basah oleh air liurku sehingga tampak mengkilat diterpa cahaya lampu kamar 5 Watt. Jilatanku turun ke arah perutnya, tanganku sibuk mengelus-elus betis indah dan paha putih mulus Ana. Lalu kupelorotkan celana pendek yang dikenakan Ana sehingga sekarang dia hanya memakai celana dalam saja. Aku turun ke bawah untuk menciumi betis Ana lalu naik ke atas menciumi pahanya sampai ke paha bagian dalam hingga ciumanku sampai di selangkangannya tepat di liang kemaluan dan klitorisnya yang masih tertutup celana dalam. Nampak sudah basah celana dalam Ana waktu itu. “Auuw sayang enak.. ehmm.. teeruzz sayang.. lepas aja celanaku.. ooh..” ceracau Ana.
Mendengar itu tanpa disuruh untuk yang kedua kalinya langsung kutarik celana dalam Ana sampai lepas. Aku tertegun melihat kemaluan Ana yang sekitarnya ditumbuhi bulu-bulu lembut itu, sumpah baru kali ini aku melihat yang aslinya. Ternyata lebih indah daripada yang ada di gambar porno di internet karena bisa langsung disentuh dan dijilati. Aku masih terpana dan bingung melihatnya, lalu aku teringat sebuah adegan di film BF yang pernah kutonton. Maka aku pun segera meniru adegan itu, pertama-tama kusentuh bibir kemaluan Ana, “Eeeh.. hhmm..” desah Ana. Lalu kujulurkan lidahku dan mulai menjilati bibir kemaluannya, terasa asin dan berbau khas kewanitaan Ana namun semakin membuatku bernafsu. Kemudian lidahku menjilati klitorisnya yang mulai membengkak itu, “Aaauw.. sayang, kamu apain anuku?” tanya Ana. Namun belum sempat kujawab, Ana berkata, “Lagii doongg..” memintaku untuk menjilati klitorisnya lagi. “Oouw.. enak sekali.. ehmm.. aduh.. sayy.. aanngg.. ehh..” ceracau Ana sementara kujilati klitorisnya. Cairan kenikmatan semakin deras keluar dari liang kemaluan Ana dan tanpa ragu kujilati, terasa asin dan baunya yang khas sungguh merangsangku.
Lalu kemudian aku bangkit dan mengangkangi tubuh Ana lalu kuletakkan batang kemaluanku di lembah antara kedua bukit kembarnya (setelah kulepas baju dan celanaku tentunya). Kutekan dengan tangan kedua payudaranya untuk menjepit batang kemaluanku itu, sambil merem melek kugesekkan batang kemaluanku sampai menyentuh dagu Ana. Kemudian aku minta Ana untuk mengulum batang kemaluanku, belum sempat dia siap aku sudah menyorongkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya hingga masuk setengahnya. Ana hanya diam, tapi aku segera menarik dan menyorongkan kemaluanku bolak-balik. Mungkin karena Ana tidak siap dia hanya pasif saja sehingga kutarik batang kemaluanku. Setelah bosan dengan gaya itu kemudian aku merangkak turun sambil tanganku mengelus-elus kemaluan Ana yang semakin basah.
Karena aku sudah tidak tahan menahan nafsu untuk menyetubuhi Ana apalagi melihat pandangan Ana yang sayu yang juga sudah sama-sama nafsu, kuarahkan batang kemaluanku yang mengacung tegak itu ke arah liang kemaluannya. Namun apa yang terjadi, ketika nyaris ujung kemaluanku mengenai bibir kemaluannya, Ana menahan perutku dengan tangannya, “Sayang kamu mau ngapain? Mau dimasukin yah.. jangan doong.. aku kan masih perawan!” Busyet! edan tenaann, aku seakan-akan disambar geledek mendengar pengakuan Ana dengan setengah tidak percaya. Bagaimana mungkin Ana yang menjadi pembimbingku dan begitu pintar dalam hal seks yang notabene sudah berpacaran sebanyak tiga kali itu masih perawan? “Please.. sayang.. tolong dong ngertiin aku.. kita nikmatin itu nanti kalo kita sudah nikah aja ya sayaangg..” lanjut Ana. Mendengar itu aku luluh juga, karena aku sendiri berprinsip tidak akan merusak gadis cantikku ini sebelum menikah. Tapi bagaimana dong, kemaluanku yang masih tegang itu masa cuma dianggurin saja. Lalu kubelai rambut Ana yang masih kukangkangi itu sambil berkata, “Oke sayangku, aku tidak akan maksa kamu.. tapi kita lanjutin dong acara kita. Masa sudah di puncak kok tertahan, kita main seperti biasa aja, gesek-gesekan okey?” sambil kukecup kening dan bibirnya. Setelah itu tangan Ana yang menahan perutku dilepasnya sehingga dengan cepat kuarahkan batang kemaluanku untuk kugesekkan di bibir kemaluannya.
“Cepak.. cepok.. cepak.. cepok..” bunyi gesekan kemaluanku dengan bibir kemaluan Ana yang sudah sangat basah itu. Untungnya kasur itu hanya digelar di atas tikar di lantai sehingga tidak ada bunyi derit ranjang gara-gara gerakan kami yang liar. Ana hanya merem melek sambil sesekali mengerang nikmat menerima perlakuanku. Semakin lama kelihatan Ana semakin menikmati permainan kami itu dengan menggoyang-goyangkan pinggulnya, sehingga membuat aku nekad mengarahkan kepala kemaluanku ke lubang kemaluannya. Kutekan sedikit sehingga agak masuk ke dalam, yah.. kira-kira hanya kepala kemaluanku saja, terasa hangat. Kutarik dan kutekan berkali-kali secara hati-hati agar tidak merusak keperawanan Ana. Kuhentikan gerakanku kemudian kucium bibir Ana. Terasa kemaluanku dijepit ketat, rasanya ngilu tapi enak sekali. “Sayang, kamu masukin ya?” tanya Ana sambil dadanya naik turun karena napasnya tersengal-sengal menahan nafsu. “Enggak kok, cuma digesekin di luar aja,” aku berkelit (padahal sih iya walau cuma sedikit).

Setelah itu kuganti gaya, seperti biasanya Ana kusuruh tengkurap langsung kemaluanku kugesekkan di pantatnya yang empuk-empuk padat itu. Ehhm.. nikmat sekali rasanya. Hampir saja aku mau keluar di pantat Ana tapi dengan segala daya upaya kutahan. Kubalikkan tubuh Ana dengan lembut kukecup bibirnya, payudaranya, perutnya lalu kugesekkan kemaluanku di betis indah Ana. Woouuwww.. semakin tegang dan nikmaat. Apalagi aku paling nafsu dengan betis mulus dan indah milik wanita. Gesekanku bergantian di kedua betis indahnya, begitu juga dengan paha mulus putihnya, hingga terasa sudah di ujung air maniku ingin keluar dari “tempatnya”. Kembali batang kemaluanku kugesekkan di bibir kemaluan Ana, belum lima kali gesekan aku pun keluar dengan suksesnya, “Aaah.. Ana sayang.. uuh.. aku keluar ahh.. enaakk..”
“Croot.. creet.. craat.. criit..”
Air maniku pun muncrat di perut Ana dan sebagian di pangkal pahanya. Ana terperanjat kaget, lalu segera bangkit dan meraih celana dalamku yang kebetulan berserakan di dekat tubuhnya dan segera melap kemaluannya dari air maniku. Aku maklum melihatnya dan membantu membersihkan, lalu aku gandeng dia ke kamar mandi untuk mencuci kemaluannya dengan sabun antiseptik supaya air maniku tidak masuk ke rahimnya. Terus terang kami belum siap kalau Ana hamil duluan. Setelah dikeringkan dengan handuk, aku peluk tubuh bugil seksinya dan kukecup kening dan bibirnya sembari kubelai rambut wanginya. Dia mencubit dada berbuluku, sambil berkata, “Iiih.. kamu bandel banget siih sayang, nanti kalo aku hamil gimana hayoo!” Mata bulat indahnya mendelik ke arahku, namun bukannya aku menyesal tapi malah gemas melihat wajahnya ketika sedang marah gitu jadi tambah kelihatan cantik sekali. Alhasil aku rengkuh tubuhnya ke dalam pelukanku dan kemaluanku kembali tegang.
Setelah keluar dari kamar mandi kami merapikan diri dan Ana kembali ke kamarnya lagi setelah mencium bibirku dengan lembut lalu aku tertidur kecapaian. Hingga keesokan harinya aku terbangun sinar matahari sudah terang menembus kamar dan mataku tertumbuk pada noda merah agak tidak jelas dan masih sedikit basah di seprei kasurku. Ya ampuun, kalau benar itu noda darah berarti memang Ana masih perawan dan akulah yang mengambil keperawanannya walaupun aku tidak bermaksud demikian. Barulah aku percaya memang Ana adalah gadis baik-baik, sehingga membuatku tambah cinta. Maafkan aku sayang, aku sudah berprasangka buruk sama kamu, ohh gadis cantikku ternyata masih ada cewek seperti kamu yang masih menjaga kesuciannya. Tapi kejadian itu malah tidak membuat kami berdua kapok, bahkan malam berikutnya kami melakukan lagi di kamarku setelah sebelumnya Ana bilang padaku kalau liang kemaluannya linu kusodok dengan batang kemaluanku. “Tapi kamu jangan kapok lho sayaang.. nanti malam lagi yaah..” bisiknya manja saat kami jalan-jalan di Mall. Sampai kemudian kami pulang ke Y di atas kereta dengan sembunyi-sembunyi kami saling cium bibir dan remas bagian tubuh kami yang peka rangsangan.
Nah, itulah pengalaman pribadiku yang tidak bisa kulupakan sampai sekarang walaupun saat ini aku dan Ana sudah berpisah karena banyak halangan seperti hal yang sangat prinsip buat kami berdua yang menghadang hubungan kami. Dengan sadar dan berat hati walaupun terasa pedih dan sakit di dada, kami akhiri hubungan kami, dan sudah semenjak putus dengan Ana empat tahun lalu di akhir tahun 96, aku belum menemukan pengganti Ana sebagai belahan jiwaku. Ana, aku selalu dan tetap mencintaimu walaupun kita tidak bisa bersatu, kamu tetap ada di hatiku sebagai bagian dari memori indah hidupku selama ini. Maafkan atas semua perbuatanku kepadamu selama kita memadu kasih dan kudoakan semoga kamu bahagia bersanding dengan orang yang benar-benar bisa membimbing dan mencintaimu untuk selamanya. Aku akan turut bahagia bila kamu juga merasakan bahagia permaisuriku. Terimakasih atas segala perhatianmu dan kasih sayangmu kepadaku yang telah kau berikan dan jangan kau lupakan aku sayang.



Sabtu, 11 April 2015

Payudara Jilbab Bunga Kampus

14

Namaku boy,aku tinggal di medan. Aku mau menceritakan pengalaman seksku dirumahku sendiri. Kejadian ini baru terjadi dua bulan yang lalu. Aku mempunyai seorang kakak,namanya dewi. Kak dewi orangnya cantik. Dia mempunyai tinggi badan 171cm,kulit putih bersih,dadanya kira2 36 dan pantatnya sangat montok. Aku sangat terangsang jika melihatnya. Suatu hari,tepatnya malam minggu.Waktu itu mama dan papaku sedang pergi.Aku sendiri juga lagi malas dirumah.Lalu aku pergi kerumah teman kuliahku.Jadi dirumah hanya kak dewi sendirian yang lagi nungguin pacarnya.Tapi dasar sial temanku juga lagi keluar.Lalu untuk ngilangin suntuk aku mutar-mutar(jalan2) sendirian.setelah puas jalan jalan aku pun pulang.sampai dirumah kulihat ada kenderaan pacar kak dewi didepan rumah.”aduh..jagain orang pacaran nih..”pikirku.Aku langsung masuk keteras.Tapi aku terkejut.Kulihat kak dewi sedang ditunggangin oleh pacarnya(ngentot).Kubatalkan niatku dan aku terus mengintip permainnan mereka.Aku benar2 terangsang melihat adegan tersebut.
Apalagi melihat kak dewi yang sedang bugil dan mendesah desah.Aku memperhatikan mereka dan mengelus-elus penisku.Terpaksa aku bersolo seks dan memuntahkannya di pot bunga.Lalu aku pergi lagi meninggalkan mereka berdua.setengah jam kemudian aku kembali dan kulihat mereka sedang duduk mesra diruang tengah.Kutegur mereka dan aku langsung masuk kekamarku.dikamar aku terus membayangkan kak dewi.selang beberapa menit aku keluar kamar dan kulihat cowoknya sudah pulang.Kulihat kak dewi masuk kekamarnya.lalu aku duduk sendirian di ruang tengah.Aku benar benar terangsang. Aku lalu bangkit dan masuk kekamar kak dewi. Rupanya kak dewi sedang ganti baju.Dia terkejut melihatku.”ngapain kamu?”tanyanya. “tadi kakak ngapain sama cowok kakak?”aku balik bertanya. Dia hanya diam.”emang kamu tahu?”tanyanya lagi. Aku hanya mengangguk. “Jangan bilang siapa-siapa ya..!”katanya lagi. “oke…tapi kakak harus mau begituan juga sama aku!”ujarku. “kamu mau juga ya…”katanya manja Dia lalu menarikku ketempat tidur. Dibukanya bajunya,lalu dibukanya juga bajuku.
Langsung dilumatnya penisku. Rasanya enak sekali. Diisapnya penisku sampai kusemprotkan spermaku didalam mulutnya. Aku cukup puas atas perlakuannya.Lalu dia menyuruhku menjilati vaginanya .oohh.. ahh.. erangnya. Lalu aku pindah meremas dan menjilati payudaranya. mmhh.. terus…. nggh.. Kujilati payudaranya, perutnya sampai kujilati lagi vaginanya. oh… ah…ena..k… erangnya. Nafsuku naik lagi. Penisku mulai berdiri lagi. Masu..kin aja… pintanya. Lalu kumasukin penisku dan memompanya. Rasanya enak sekali,penisku dijepit oleh otot vaginanya. ahh…. terus…. sayang…. jeritnya. Lalu dibaliknya tubuhku. Dengan posisi diatas,dia menggoyangkan pantatnya turun naik. Tangan ku meremas pantatnya yang montok. Payudaranya bergoyang-goyang. Aku mau keluar… erangku. Tahann… sayang…. ujarnya. Lalu ahh…. agh…. oh… kak dewi mengerang panjang pertanda orgasme. Dia terus bergoyang dan crot.. crot… crot… kusemburkan spermaku didalam vaginanya. Lalu dia mencium bibirku. Kami pun tergeletak bersampingan.

”maksih kak.. betul-betul nikmat”ujarku sambil meremas payudaranya. “iya…. kamu hebat juga”katanya “maukan kakak beginian lagi..?”tanyaku “Kapan aja kamu pengen”ujarnya sambil tersenyum. Aku langsung keluar dan masuk kekamarku.
Aku senang sekali.Aku terus minta jatah sama kak dewi.Kapan ada kesempatan kami pasti melakukannya dengan berbagai macam gaya. Aku juga sudah merasakan pantatnya yang montok. Waktu itu kak dewi lagi haid,jadi kusorong aja pantatnya.Rasanya sama-sama enak kok. Sampai pada suatu hari, Waktu itu aku pulang kuliah,kulihat pintu kamar kak dewi terbuka dan dia berbaring mengenakan handuk. Aku terangsang melihatnya. Aku masuk dan kubuka bajuku lalu kupeluk dan kucumbu.ah… jangan sekarang ! ada mama tuh! Ujarnya. Tapi aku tak perduli dan terus merangsangnya. Akhirnya dia pasrah. Kubuka handuknya dan kujilati payudaranya.Kak dewi mendesah. Lalu dia bangkit,menimpaku sambil berbalik.
Kami melakukan gaya 69, Dikocoknya dan diisapnya penisku .Aku pun menjilati vaginanya sambil meremas pantatnya. Lagi asyik menjilat,tiba2 pintu kamar dibuka. Kami sangat terkejut.Ternyata mama sedang memergoki kami berbuat mesum. Mama masuk dan menutup pintu. Muka mamaku tampak marah melihat perbuatan kami. Aku dan kak dewi hanya bisa terdiam. Matanya menatap kami tajam. ”maafin kami ma!, ini salah boy. Boy yang ngajak kak dewi. Soalnya boy lagi terangsang! ujarku. “Kenapa harus kak dewi ?”tanya mamaku. “Daripada dengan psk lebih baik dengan aku ma!” sambung kak dewi “Lagi pula aku juga mau kok”ujar kak dewi membelaku. “terserah mama mau marah,kami kan udah gede dan punya hasrat seks yang harus disalurkan”ujarku. Mamaku terdiam sejenak “ya..udah terserah kalian.
Tapi perbuatan kalian jangan sampai ketahuan papa!”ujarnya. “satu hal lagi boy,jangan sampai kak dewi hamil”katanya sambil menatapku. “ya…udah sebagai hukumannya mama mau lihat bagaimana kalian melepaskan hasrat seks kalian itu”ujarnya lagi.
Aku dan kak dewi saling pandang.Lalu kami lanjutkan permainan kami.Aku mulai merangsang kak dewi lagi.Kujilati payudaranya.Lalu kujilati vaginanya.Ah…ssst..mmmh..desahnya. Tanpa lama2 kumasukkan penisku keliang vaginanya dan kugoyang. Akkh…ohh…ngghh…ah..ah…desahnya.
Aku makin mempercepat kocokanku. Dan akhhhhhhh……ahhhhh ….akhhkhhh….jeritnya panjang. Kurasakan kak dewi sudah mencapai orgasme. Semakin cepat goyanganku.ck.ckk..ck…suara kocokan penisku divaginanya yang sudah basah bercampur cairan orgasmenya. ”mau keluar nih..”jeritku “dimulut ku aja!”ujarnya sambil menahan sodokan penisku Kucabut penisku. Kak dewi langsung menggenggam penisku dan mengocoknya dalam mulutnya.
Crott..crot…crot…crot kusemburkan spermaku kemulutnya sebanyak 8 kali. Mulutnya penuh dengan spermaku. Sampai menetes keluar dari sela mulutnya. Dan ditelannya semua. Aku terbaring puas,dan kak dewi menjilati penisku membersihkan sisa sperma. Kulihat mama menggelengkan kepalanya. Lalu mama pergi keluar dari kamar. Aku dan kak dewi hanya tersenyum. Kami akan lebih bebas melakukannya dirumah,walaupun mama mengetahuinya. Kami saling berpelukan dan berciuman. Aku lalu berpakaian dan masuk kekamarku.

Dikamar aku masih memikirkan kejadian tadi. ”Mama tidak melarang aku ngeseks dengan kakakku sendiri. Berarti aku juga bisa ngeseks dengan mama”pikirku. Lagian body mama masih sip abis. Soalnya mamaku ikut fitnes. Walaupun usianya udah 44 tahun tapi masih oke(bukan membanggakan).Lagi pula mama pasti lebih berpengalaman. Aku berpikir lama mengenai ide gilaku ini. Kuputuskan,aku harus bisa merasakan ngeseks dengan mamaku sendiri.
Lalu aku keluar dan masuk kekamar mamaku.Kulihat mamaku berbaring membelakangiku. Kulihat pantatnya yang montok dan pahanya yang mulus. Kubuka bajuku semuanya. Dan sambil menelan ludah aku naik ketempat tidur dalam keadaan bugil. Kupeluk mamaku dari belakang dan kugesek penisku yang sudah tegang. Tiba2 mama terbangun “ngapain kamu,boy?”tanyanya. “pengen ngeseks sama mama”jawabku manja Aku langsung memeluknya dan menciumnya. Mamaku diam saja. Kubuka kimononya. Wow ..mama tidak pakai bh dan cd. Payudaranya besar(lebih besar dari kak dewi.kak dewi aja 36B) dan masih kencang.Vaginanya merah merekah. Pantas papa sayang terus sama mama.
Aku langsung meremas payudaranya,menjilatinya dan menggigitnya. Mama hanya mendesah kecil. “jilatin anu mama ya….kayak kak dewi tadi…”pintanya sambil meraba vaginanya. Aku lalu menjilati vagina mama sambil memainkan klitorisnya dengan gigi dan lidahku.
Ahh…terus….sayang….okh..e.na.k……desah mama.Kepalaku dijepitnya dengan kedua pahanya dan rambutku dijambaknya.Agar aku terus menjilati vaginanya.10 menit lidahku menari divagina mamaku akhirnya mamaku orgasme juga.
Kurasakan cairan hangat di lidahku.Lalu mama bangkit dan menyuruhku telentang.Mama lalu mengambil baby oil dan mengoleskan kepenisku.Lalu dikulumnya penisku dengan nikmat.ohhh…rasanya benar2 nikmat sampe ubun2. Isapan mama jauh lebih enak dari kak dewi. Aku merasakan kenikmatan yang dahsyat. Mama mengulum semua penisku beserta bah zakarku.Yang paling sensasi kurasakan saat mama mengocok penisku sambil menjilati lubang duburku.Wow benar2 asik dan nikmat.Aku sampai merinding kenikmatan.
Sekitar 10 menitan kesemprotkan spermaku di depan wajah mamaku.Mama ku sibuk menjilati spermaku yang muncrat kemana mana. “wah..benar-benar nikmat ma…”ujarku. “mama jago istong(isap totong)”pujiku “Kamu juga jago jilatannya,mama sampe merinding”ujarnya “Papa kalo jilat kurang nikmat,lagian papa jarang mau jilat”ujarnya lagi “Gimana, mau dilanjutkan?”tanya mamaku “iya dong…aku kan mau ngerasain anunya mama!”ujarku sambil melihat vaginanya. “mama juga mau ngerasain sodokan penismu!”jawabnya manja. Lalu mama mengajakku kekamar mandi,untuk membersihkan vaginanya dan penisku.Kuhidupkan air dibathtub setinggi mata kaki. Kami berdua masuk dan kucumbu mama,kucium bibirnya dan kuremas-remas payudaranya. Kami berdua sangat bernafsu,terutama aku. Padahal aku sudah main sebelumnya dengan kak dewi.
Aku sudah gak tahan untuk memasukkan penisku kevagina mama. Kutusukkan penisku dan bless..amblas semuanya terbenam. Kurasakan jepitan liang surga mama masih kuat. Kupompa penisku menghujam vagina mama. Kaki mama menjepit sisi bathtub.Ohhh…yeahh….ahhh….jerit mama.Sekitar 3 menit mama minta ganti posisi nyamping dengan posisi kaki belipat kearah samping dan aku menggoyang dari atas menyodok vagina mama. Mama tampak sangat menikmatinya. Lalu mama minta gaya doggie style. Kami bangkit dan mama nungging bertumpuan dengan sisi bathtub.Kusodok vagina mama dari belakang.Mama mendesah campur menjerit kecil. Pantatnya yang montok beradu dengan pangkal pahaku.Kupeluk mamaku dari belakang sambil terus bergoyang perlahan.meremas payudaranya.
”Ma…masukin ke lubang anus ya…”bisikku “pelan2 mama belum pernah ….”jawabnya Kucabut penisku dan kumasukkan pelan pelan kelubang anus mamaku. Mamaku merintih kecil menahan sakit. Lubang anus mama memang belum pernah dijamah. Masih terasa ketat. Kugoyang perlahan-lahan sambil tanganku mengusap-usap bibir vaginannya dari belakang .Oh… ahhhk…… oh… nikmat… mama mendesah.Sekitar 4 menit kucabut penisku kubalikkan tubuh mama dan satu kakinya kuangkat dan kuletakkan diwashtafel.Kumasukkan penisku lagi dan kugoyang lagi.sekitar 1 menit,kuangkat mama dan kutidurkan di lantai kamar mandi.Kakinya mengangkang dan aku mulai mengenjotnya lagi. ahh.. ohhh…. akhh….. mama terus menjerit merasakan nikmatnya.Dan ohhh….. ahh……. mama melenguh sambil memejamkan matanya menikmati orgasmenya.
Aku terus bergoyang.Lalu aku mengakhiri permainanku dengan semprotan spermaku didalam rahim mama tempat aku dikandung dulu.
Aku benar-benar puas. Aku mencium mama. “makasih ma…. permainan mama sangat hebat”pujiku “mama mau kan…ngeseks sama boy lagi…?”tanyaku mamaku tersenyum dan mengangguk “asal… jangan tahu papa ya…..!”katanya Aku Cuma tersenyum. Lalu kami mandi bersama dalam bathtub.Malamnya aku terlelap tidur. Esok paginya,aku bangun pukul 7 pagi dan bersiap mandi.Kulihat papa dan kak dewi sedang sarapan,sedangkan mama sedang didapur.Kudatangi mama dan kuremas pantatnya. “aduh…. kamu nakal ya…”ujarnya. Kubuka celanaku dan kukelurkan penisku yang tegang.Kugesekkan ke pantat mamaku.
“ma…ayo.. dong…”bujukku “gak..ah…ntar dilihat papa!”tolaknya “please…..”rayuku “isap aja ya….”tawar mamaku “ya..deh..!”sahutku lalu mama jongkok dan mengisap penisku.Mataku meram melek menahan nikmatnya.Sampai kusemburkan lahar hangat kemulut mama.Lalu aku mandi dan berangkat kuliah.Dikampus aku rasanya pengen cepat pulang. Pukul 2 siang aku tiba dirumah.Kupanggil kak dewi dan mama kekamarku. “Gimana….kalo kita main bertiga”usulku “hah..!!!”jawab mama dan kak dewi serentak.
“Aduh.. nih…anak.. nafsu amat ya…”ujar mamaku “kayaknya asyik juga tuh.”sahut kak dewi Kak dewi langsung membuka bajunya.Dan menimpaku.Bibirku dilumatnya sambil tangannya melucuti pakaianku. Mama akhirnya membuka bajunya dan ikut bergabung. Mama langsung mengisap penisku sambil menjilatinya.S edangkan aku menjilati vagina kak dewi.Lalu kusuruh mama tidur telentang sambil mengangkang.Kujilati vagina mama dan kak dewi menjilati dan meremas remas payudara mama. sssst….. enaaak…. ahhh….. erang mama.
Lalu gantian,kujilati vagina kak dewi dan mama menjilati payudara kak dewi. Aku mulai memasukkan penisku kevagina kak dewi dan memompanya. Sedangkan mama menjilati payudara kak dewi sambil menggosok2 vaginanya sendiri.aahhh…ohhh..oh….kak dewi menjerit kecil berbarengan dengan deru napasnya yang tidak teratur.Kupercepat goyanganku.Aku harus membuat kak dewi orgasme terlebih dahulu .
Beberapa saat kemudian kak dewi mengerang puas ah.a.h..ah.

ah.ah.ahhhhhhhhhhhh.. ha.. sambil nafasnya agak tersenggal.Penisku terasa dijepit otot vagina kak dewi yang yang berkontraksi.Kucabut penisku dan kutarik mamaku.Lalu kumasukkan penisku ke liang surganya dan kugoyang.Mama ku hanya mendesah kecil.Aku menikmati goyanganku.Aku lalu membalikkan tubuh mama keatas.Mama bergoyang bagai menaiki kuda.Tanganku meremas-remas pantat mama dan membantunya turun naik. oooo… ahhhh….. yehhh…… erang mama sambil memejamkan matanya.
Payudaranya bergantung dan bergoyang. ohhhhh…ahhhhhhhhh….. kudengar erangan mamaku sambil memejamkan mata dan menahan ludah.Kurasakan mama sudah orgasme.Kupeluk mama dan kubalikkan badannya.Kak dewi langsung mendekat dan menjilati payudara mama.Aku langsung menggenjot mamaku lagi dengan posisi mama telentang.Sekitar dua menitan, kurasakan aku mau mencapai puncak.Langsung kucabut penisku dan kusemburkan ke mulut kak dewi dan mama.
Mereka berebutan.spermaku muncrat kewajah mereka berdua.Aku lalu terduduk lemas.Kulihat mama dan kak dewi saling menjilati spermaku yang muncrat kewajah mereka.Setelah 10 menit kak dewi keluar dari kamarku.Dan aku memainkan satu ronde lagi dengan mamaku.Dan kuakhiri dengan semburan sperma didalam lubang anusnya.Setelah itu mama keluar dan mandi.
Sekarang aku benar-benar betah dirumah,kapan saja ada saja yang melayaniku(mama dan kak dewi).Hampir tiap pagi aku mendapat jatah istong dari mama.Tapi semua udah kuatur.Kalo siang aku mainnya sama mama,dan kalo malam malam lagi pengen,aku mainnya sama kak dewi.Tapi kadang ngak tentu juga,yang mana aja.Kalo papa gak ada kami main bertiga.Apalagi kalo papa keluar kota kami makin bebas tidur sama.Bahkan aku pernah bolos kuliah karena kecapekan melayani mama dan kak dewi.Kejadian ini membuatku betah dirumah.Rumahku bagaikan surga bagiku.




Jumat, 10 April 2015

Pramugari di Kamar Mandi

1

Aku adalah mahasiswi disebuah universitas swasta di kota “S”, nama initialku Rus, dan aku pernah mengirimkan cerita “Rahasiaku” kepada situs ini. Awal mula aku mengalami Making Love dengan seorang wanita yang mengubah orientasi seksualku menjadi seorang biseksual, aku mengalami percintaan sesama jenis ketika usiaku 20 tahun dengan seorang wanita berusia 45 tahun, entah mengapa semuanya terjadi begitu saja terjadi mungkin ada dorongan libidoku yang ikut menunjang semua itu dan semua ini telah kuceritakan dalam “Rahasiaku.”
Wanita itu adalah Ibu Kos-ku, ia bernama Tante Maria, suaminya seorang pedagang yang sering keluar kota. Dan akibat dari pengalaman bercinta dengannya aku mendapat pelayanan istimewa dari Ibu Kos-ku, tetapi aku tak ingin menjadi lesbian sejati, sehingga aku sering menolak bila diajak bercinta dengannya, walaupun Tante Maria sering merayuku tetapi aku dapat menolaknya dengan cara yang halus, dengan alasan ada laporan yang harus kukumpulkan besok, atau ada test esok hari sehingga aku harus konsentrasi belajar, semula aku ada niat untuk pindah kos tetapi Tante Maria memohon agar aku tidak pindah kos dengan syarat aku tidak diganggu lagi olehnya, dan ia pun setuju. Sehingga walaupun aku pernah bercinta dengannya seperti seorang suami istri tetapi aku tak ingin jatuh cinta kepadanya, kadang aku kasihan kepadanya bila ia sangat memerlukanku tetapi aku harus seolah tidak memperdulikannya. Kadang aku heran juga dengan sikapnya ketika suaminya pulang kerumah mereka seakan tidak akur, sehingga mereka berada pada kamar yang terpisah.
Hingga suatu hari ketika aku pulang malam hari setelah menonton bioskop dengan teman priaku, waktu itu jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, karena aku mempunyai kunci sendiri maka aku membuka pintu depan, suasana amat sepi lampu depan sudah padam, kulihat lampu menyala dari balik pintu kamar kos pramugari itu,
“Hmm.. ia sudah datang,” gumamku, aku langsung menuju kamarku yang letaknya bersebelahan dengan kamar pramugari itu. aku bersihkan wajahku dan berganti pakaian dengan baju piyamaku, lalu aku menuju ke pembaringan, tiba-tiba terdengar rintihan-rintihan yang aneh dari kamar sebelah. Aku jadi penasaran karena suara itu sempat membuatku takut, kucoba memberanikan diri untuk mengintip kamar sebelah karena kebetulan ada celah udara antara kamarku dengan kamar pramugari itu, walaupun ditutup triplek aku mencoba untuk melobanginya, kuambil meja agar aku dapat menjangkau lubang udara yang tertutup triplek itu.
Lalu pelan pelan kutusukan gunting tajam agar triplek itu berlobang, betapa terkejutnya aku ketika kulihat pemandangan di kamar sebelahku. Aku melihat Tante Maria menindih seorang wanita yang kelihatan lebih tinggi, berkulit putih, dan berambut panjang, mereka berdua dalam keadaan bugil, lampu kamarnya tidak dipadamkan sehingga aku dapat melihat jelas Tante Maria sedang berciuman bibir dengan wanita itu yang mungkin pramugari itu. Ketika Tante Maria menciumi lehernya, aku dapat melihat wajah pramugari itu, dan ia sangat cantik wajahnya bersih dan mempunyai ciri khas seorang keturunan ningrat. Ternyata pramugari itu juga terkena rayuan Tante Maria, ia memang sangat mahir membuat wanita takluk kepadanya, dengan sangat hati-hati Tante Maria menjilati leher dan turun terus ke bawah. Bibir pramugari itu menganga dan mengeluarkan desahan-desahan birahi yang khas, wajahnya memerah dan matanya tertutup sayu menikmati kebuasan Tante Maria menikmati tubuhnya itu. Tangan Tante Maria mulai memilin puting payudara pramugari itu, sementara bibirnya menggigit kecil puting payudara sebelahnya. Jantungku berdetak sangat kencang sekali menikmati adegan itu, belum pernah aku melihat adegan lesbianisme secara langsung, walaupun aku pernah merasakannya. Dan ini membuat libidiku naik tinggi sekali, aku tak tahan berdiri lama, kakiku gemetaran, lalu aku turun dari meja tempat aku berpijak, walau aku masih ingin menyaksikan adegan mereka berdua.
Dadaku masih bergemuru. Entah mengapa aku juga ingin mengalami seperti yang mereka lakukan. Kupegangi liang vaginaku, dan kuraba klitorisku, seiring erangan-erangan dari kamar sebelah aku bermasturbasi sendiri. Tangan kananku menjentik-jentikan klitorisku dan tangan kiriku memilin-milin payudaraku sendiri, kubayangkan Tante Maria mencumbuiku dan aku membayangkan juga wajah cantik pramugari itu menciumiku, dan tak terasa cairan membasahi tanganku, walaupun aku belum orgasme tapi tiba-tiba semua gelap dan ketika kubuka mataku, matahari pagi sudah bersinar sangat terang.
Aku mandi membersihkan diriku, karena tadi malam aku tidak sempat membersihkan diriku. Aku keluar kamar dan kulihat mereka berdua sedang bercanda di sofa. Ketika aku datang mereka berdua diam seolah kaget dengan kehadiranku. Tante Maria memperkenalkan pramugari itu kepadaku,
“Rus, kenalkan ini pramugari kamar sebelahmu.”
Kusorongkan tangan kepadanya untuk berjabat tangan dan ia membalasnya,
“Hai, cantik namaku Vera, namamu aku sudah tahu dari Ibu Kos, semoga kita dapat menjadi teman yang baik.”
Kulihat sinar matanya sangat agresif kepadaku, wajahnya memang sangat cantik, membuatku terpesona sekaligus iri kepadanya, ia memang sempurna. Aku menjawab dengan antusias juga,
“Hai, Kak, kamu juga cantik sekali, baru pulang tadi malam.”
Dan ia mengangguk kepala saja, aku tak tahu apa lagi yang diceritakan Tante Maria kepadanya tentang diriku, tapi aku tak peduli kami beranjak ke meja makan. Di meja makan sudah tersedia semua masakan yang dihidangkan oleh Tante Maria, kami bertiga makan bersama. Kurasakan ia sering melirikku walaupun aku juga sesekali meliriknya, entah mengapa dadaku bergetar ketika tatapanku beradu dengan tatapannya.

Tiba-tiba Tante Maria memecahkan kesunyian,
“Hari ini Tante harus menjenguk saudara Tante yang sakit, dan bila ada telpon untuk Tante atau dari suami Tante, tolong katakan Tante ke rumah Tante Diana.”
Kami berdua mengangguk tanda mengerti, dan selang beberapa menit kemudian Tante Maria pergi menuju rumah saudaranya. Dan tinggallah aku dan Vera sang pramugari itu, untuk memulai pembicaraan aku mengajukan pertanyaan kepadanya,
“Kak Vera, rupanya sudah kos lama disini.”
Dan Vera pun menjawab, “Yah, belum terlalu lama, baru setahun, tapi aku sering bepergian, asalku sendiri dari kota “Y”, aku kos disini hanya untuk beristirahat bila perusahaan mengharuskan aku untuk menunggu shift disini.”
Aku mengamati gaya bicaranya yang lemah lembut menunjukan ciri khas daerahnya, tubuhnya tinggi semampai. Dari percakapan kami, kutahu ia baru berumur 26 tahun. Tiba-tiba ia menanyakan hubunganku dengan Tante Maria. Aku sempat kaget tetapi kucoba menenangkan diriku bahwa Tante Maria sangat baik kepadaku. Tetapi rasa kagetku tidak berhenti disitu saja, karena Vera mengakui hubungannya dengan Tante Maria sudah merupakan hubungan percintaan.
Aku pura-pura kaget,
“Bagaimana mungkin kakak bercinta dengannya, apakah kakak seorang lesbian,” kataku.
Vera menjawab, “Entahlah, aku tak pernah berhasil dengan beberapa pria, aku sering dikhianati pria, untung aku berusaha kuat, dan ketika kos disini aku dapat merasakan kenyamanan dengan Tante Maria, walaupun Tante Maria bukan yang pertama bagiku, karena aku pertama kali bercinta dengan wanita yaitu dengan seniorku.”
Kini aku baru mengerti rahasianya, tetapi mengapa ia mau membocorkan rahasianya kepadaku aku masih belum mengerti, sehingga aku mencoba bertanya kepadanya,
“Mengapa kakak membocorkan rahasia kakak kepadaku.”
Dan Vera menjawab, “Karena aku mempercayaimu, aku ingin kau lebih dari seorang sahabat.”
Aku sedikit kaget walaupun aku tahu isyarat itu, aku tahu ia ingin tidur denganku, tetapi dengan Vera sangat berbeda karena aku juga ingin tidur dengannya. Aku tertunduk dan berpikir untuk menjawabnya, tetapi tiba-tiba tangan kanannya sudah menyentuh daguku.
Ia tersenyum sangat manis sekali, aku membalas senyumannya. Lalu bibirnya mendekat ke bibirku dan aku menunggu saat bibirnya menyentuhku, begitu bibirnya menyentuh bibirku aku rasakan hangat dan basah, aku membalasnya. Lidahnya menyapu bibirku yang sedkit kering, sementara bibirku juga merasakan hangatnya bibirnya. Lidahnya memasuki rongga mulutku dan kami seperti saling memakan satu sama lain. Sementara aku fokus kepada pagutan bibirku, kurasakan tangannya membuka paksabaju kaosku, bahkan ia merobek baju kaosku. Walau terkejut tapi kubiarkan ia melakukan semuanya, dan aku membalasnya kubuka baju dasternya. Ciuman bibir kami tertahan sebentar karena dasternya yang kubuka harus dibuka melewati wajahnya.
Kulihat Bra hitamnya menopang payudaranya yang lumayan besar, hampir seukuran denganku tetapi payudaranya lebih besar. Ketika ia mendongakkan kepalanya tanpa menunggu, aku cium leher jenjangnya yang sexy, sementara tanggannya melepas bra-ku seraya meremas-remas payudaraku. Aku sangat bernafsu saat itu aku ingin juga merasakan kedua puting payudaranya. Kulucuti Bra hitamnya dan tersembul putingnya merah muda tampak menegang, dengan cepat kukulum putingnya yang segar itu. Kudengar ia melenguh kencang seperti seekor sapi, tapi lenguhan itu sangat indah kudengar. Kunikmati lekuk-lekuk tubuhnya, baru kurasakan saat ini seperti seorang pria, dan aku mulai tak dapat menahan diriku lalu kurebahkan Vera di sofa itu. Kujilati semua bagian tubuhnya, kulepas celana dalamnya dan lidahku mulai memainkan perannya seperti yang diajarkan Tante Maria kepadaku. Entah karena nafsuku yang menggebu sehingga aku tidak jijik untuk menjilati semua bagian analnya. Sementara tubuh Vera menegang dan Vera menjambak rambutku, ia seperti menahan kekuatan dasyat yang melingkupinya.

Ketika sedang asyik kurasakan tubuh Vera, tiba-tiba pintu depan berderit terbuka. Spontan kami berdua mengalihkan pandangan ke kamar tamu, dan Tante Maria sudah berdiri di depan pintu. Aku agak kaget tetapi matanya terbelalak melihat kami berdua berbugil. Dijatuhkannya barang bawaannya dan tanpa basa-basi ia membuka semua baju yang dikenakannya, lalu menghampiri Vera yang terbaring disofa. Diciuminya bibirnya, lalu dijilatinya leher Vera secara membabi buta, dan tanggannya yang satu mencoba meraihku. Aku tahu maksud Tante Maria, kudekatkan wajahku kepadanya, tiba-tiba wajahnya beralih ke wajahku dan bibirnya menciumi bibirku. aku membalasnya, dan Vera mencoba berdiri kurasakan payudaraku dikulum oleh lidah Vera. Aku benar-benar merasakan sensasi yang luar biasa kami bercinta bertiga. Untung waktu itu hujan mulai datang sehingga lingkungan mulai berubah menjadi dingin, dan keadaan mulai temaram. Vera kini melampiaskan nafsunya menjarah dan menikmati tubuhku, sementara aku berciuman dengan Tante Maria. Vera menghisap klitorisku, aku tak tahu perasaan apa pada saat itu. Setelah mulut Tante Maria meluncur ke leherku aku berteriak keras seakan tak peduli ada yang mendengar suaraku. Aku sangat tergetar secara jiwa dan raga oleh kenikmatan sensasi saat itu.
Kini giliranku yang dibaringkan di sofa, dan Vera masih meng-oral klitorisku, sementara Tante Maria memutar-mutarkan lidahnya di payudaraku. Akupun menjilati payudara Tante Maria yang sedikit kusut di makan usia, kurasakan lidah-lidah mereka mulai menuruni tubuhku. Lidah Vera menjelejah pahaku dan lidah Tante Maria mulai menjelajah bagian sensitifku. Pahaku dibuka lebar oleh Vera, sementara Tante Maria mengulangi apa yang telah dilakukan Vera tadi, dan kini Vera berdiri dan kulihat ia menikmati tubuh Tante Maria. Dijilatinya punggung Tante Maria yang menindihku dengan posisi 69, dan Vera menelusuri tubuh Tante Maria. Tetapi kemudian ia menatapku dan dalam keadaan setengah terbuai oleh kenikmatan lidah Tante Maria. Vera menciumi bibirku dan aku membalasnya juga, hingga tak terasa kami berjatuhan dilantai yang dingin. Aku sangat lelah sekali dikeroyok oleh mereka berdua, sehingga aku mulai pasif. Tetapi mereka masih sangat agresif sekali, seperti tidak kehabisan akal Vera mengangkatku dan mendudukan tubuhku di kedua pahanya, aku hanya pasrah. Sementara dari belakang Tante Maria menciumi leherku yang berkeringat, dan Vera dalam posisi berhadapan denganku, ia menikmatiku, menjilati leherku, dan mengulum payudaraku. Sementara tangan mereka berdua menggerayangi seluruh tubuhku, sedangkan tanganku kulingkarkan kebelakang untuk menjangkau rambut Tante Maria yang menciumi tengkuk dan seluruh punggungku.
Entah berapa banyak rintihan dan erangan yang keluar dari mulutku, tetapi seakan mereka makin buas melahap diriku. Akhirnya aku menyerah kalah aku tak kuat lagi menahan segalanya aku jatuh tertidur, tetapi sebelum aku jatuh tertidur kudengar lirih mereka masih saling menghamburkan gairahnya. Saat aku terbangun adalah ketika kudengar dentang bel jam berbunyi dua kali, ternyata sudah jam dua malam hari. Masih kurasakan dinginnya lantai dan hangatnya kedua tubuh wanita yang tertidur disampingku. Aku mencoba untuk duduk, kulihat sekelilingku sangat gelap karena tidak ada yang menyalakan lampu, dan kucoba berdiri untuk menyalakan semua lampu. Kulihat baju berserakan dimana-mana, dan tubuh telanjang dua wanita masih terbuai lemas dan tak berdaya. Kuambilkan selimut untuk mereka berdua dan aku sendiri melanjutkan tidurku di lantai bersama mereka. Kulihat wajah cantik Vera, dan wajah anggun Tante Maria, dan aku peluk mereka berdua hingga sinar matahari datang menyelinap di kamar itu.
Pagi datang dan aku harus kembali pergi kuliah, tetapi ketika mandi seseorang mengetuk pintu kamar mandi dan ketika kubuka ternyata Vera dan Tante Maria. Mereka masuk dan di dalam kamar mandi kami melakukan lagi pesta seks ala lesbi. Kini Vera yang dijadikan pusat eksplotasi, seperti biasanya Tante Maria menggarap dari belakang dan aku menggarap Vera dari depan. Semua dilakukan dalam posisi berdiri. Tubuh Vera yang tinggi semampai membuat aku tak lama-lama untuk berciuman dengannya aku lebih memfokuskan untuk melahap buah dadanya yang besar itu. Sementara tangan Tante Maria membelai-belai daerah sensitif Vera. Dan tanganku menikmati lekuk tubuh Vera yang memang sangat aduhai. Percintaan kami dikamar mandi dilanjutkan di ranjang suami Tante Maria yang memang berukuran besar, sehingga kami bertiga bebas untuk berguling, dan melakukan semua kepuasan yang ingin kami rengkuh. Hingga pada hari itu aku benar-benar membolos masuk kuliah.
Hari-hari berlalu dan kami bertiga melakukan secara berganti-ganti. Ketika Vera belum bertugas aku lebih banyak bercinta dengan Vera, tetapi setelah seminggu Vera kembali bertugas ada ketakutan kehilangan akan dia. Mungkin aku sudah jatuh cinta dengan Vera, dan ia pun merasa begitu. Malam sebelum Vera bertugas aku dan Vera menyewa kamar hotel berbintang dan kami melampiaskan perasaan kami dan benar-benar tanpa nafsu. Aku dan Vera telah menjadi kekasih sesama jenis. Malam itu seperti malam pertama bagiku dan bagi Vera, tanpa ada gangguan dari Tante Maria. Kami bercinta seperti perkelahian macan yang lapar akan kasih sayang, dan setelah malam itu Vera bertugas di perusahaan maskapai penerbangannya ke bangkok.
Entah mengapa kepergiannya ke bandara sempat membuatku menitikan air mata, dan mungkin aku telah menjadi lesbian. Karena Vera membuat hatiku dipenuhi kerinduan akan dirinya, dan aku masih menunggu Vera di kos Tante Maria. Walaupun aku selalu menolak untuk bercinta dengan Tante Maria, tetapi saat pembayaran kos, Tante Maria tak ingin dibayar dengan uang tetapi dengan kehangatan tubuhku di ranjang. Sehingga setiap satu bulan sekali aku melayaninya dengan senang hati walaupun kini aku mulai melirik wanita lainnya, dan untuk pengalamanku selanjutnya kuceritakan dalam kesempatan yang lain.




Kamis, 09 April 2015

Ngintip Tetangga Mandi

2

Kisah ini berawal dari nafsuku yang boleh dibilang ugal-ugalan. Bagaimana tidak, disaat usiaku yang mencapai 29 tahun, sekarang ini inginnya ML (bersetubuh) terus tiap hari dengan istriku (inginnya 3 kali sehari). Dan para netters duga, pasti seorang istri tidak hanya menginginkan kepuasan seksual setiap waktu, akan tetapi juga kerja mengurus rumah lah, mengurus anak lah dan lain-lain banyaknya. Sehingga nyaris istriku juga sering keberatan kalau tiap malam bersetubuh terus, dan aku juga kasihan padanya. Setiap kali bercinta, istriku bisa 3 kadang 4 kali orgasme dan aku sendiri kadang tidak ejakulasi sama sekali karena istriku keburu lelah duluan. Paling setelah istriku tertidur pulas kelelahan, aku langsung pindah ke meja kerjaku dan menyalakan PC, lalu memutar Blue Film dan aku lanjutkan dengan self service. Setelah puas, aku baru menyusul istriku yang tertidur, dan jika tengah malam aku terjaga dan kudapati “pusakaku” berdiri, aku ulangi lagi hingga aku benar-benar lelah dan tertidur.
Aku sendiri sangat bergairah apabila melihat tante-tante yang umumnya mereka lebih dewasa, lebih pintar dan telaten dalam urusan ranjang. Bahkan aku dalam melakukan onani sering membayangkan dengan tante-tante tetanggaku yang umumnya genit-genit. Begitu hingga suatu saat, aku mendapat pengalaman bercinta yang amat berkesan dalam sejarah kehidupan seksualku.Ceritanya berawal pada saat temanku mengajak karaoke di kawasan wisata prigen dan sebelumnya aku belum pernah masuk ke kawasan semacam itu. Kami bertiga pesan ruang utama yang mempunyai pintu sendiri dan ruangan itu terpisah dengan yang lainnya selama tiga jam penuh.
“Eh, Eko emangnya Elo udah booking cewek untuk nemenin Kita..?” tanyaku pada Eko, salah seorang dari kawanku.
“Sabaarrr Boss, entar Adi juga bawain tuh cewek..” tukasnya.
Sepuluh menit kemudian, saat aku akan menyulut Djarum 76-ku, merapatlah sebuah Kijang dan Civic Wonder berjejeran ke hadapanku dan Eko. Kalau Kijang itu aku kenal, itu adalah Kijang-nya si Adi dan keluar dua orang ABG yang berdandan Ahooyy. Berdesir darah lelakiku melihat dua orang ABG itu. Bagaimana tidak, pakainnya super ketat dan sangat menonjolkan bukit-bukit indah di dada dan pantatnya. Akan tetapi, aku tidak kenal dengan Civic itu. Aku melihat di dalamnya ada seorang cewek ABG dan seorang lagi wanita sekitar 35 tahun (menurut taksiranku dari raut wajahnya).
Eko yang rupanya kenal baik dengan kedua wanita itu langsung menyambut dan membukakan pintu, lantas memperkenalkannya kepadaku.
“Lisa..” seru tante itu disambut uluran tangannya padaku.
“Inneke..” sahut gadis manis disampingnya.
Singkat cerita, kami sudah mulai bernyanyi, berjoget dan minum-minum bersama, entah sudah berapa keping VCD Blue Dangdut yang kami putar. Aku melihat Eko dan Adi mulai mendekati sudut ruangan, dan entah sudah berapa lama ceweknya orgasme karena oral yang mereka lakukan. Sementara aku sendiri agak kaku dengan Lisa dan Inneke. Kami pun tetap bernyanyi-nyanyi, meskipun syairnya awur-awuran karena desakan birahi akibat pertunjukan BF di depan kami.
Aku sendiri duduk di dekat Lisa, sementara Inneke serius menyanyikan lagu-lagu itu. Tante Lisa sendiri sudah habis satu pak A-mild-nya, sementara aku melihat wajah Inneke yang merah padam dan kadang nafasnya terengah pelan karena menahan gejolak yang ia saksikan di layar 29 inch itu. Tiba giliranku untuk mengambil mike dari Inneke, aku bangkit mengambil mike itu dari tangan Inneke dan mengambil duduk di antara Inneke dan Lisa. Pengaruh minumanku dan XTC yang mereka telan membuat kami jatuh dalam alunan suasana birahi itu.
“Boy.., I want your sperm tonight Honey…” bisik Lisa lirih di telingaku, sementara tangan kirinya meraba selangkanganku.

Inneke yang sudah meletakkan pet aqua-nya mengambil sikap yang sama padaku. Dia malah mulai memainkan ujung lidahnya di telinga. Hangat nafas dan harum kedua wanita itu membuatku terbuai dalam alunan melodi birahi yang sudah aku rasakan menjalar menelusuri selangkanganku. Perlahan namun pasti, kejantananku menegak dan kencang, sehingga Lee Cooper-ku rasanya tidak muat lagi, apalagi saat meneganggnya salah jalur dan sedikit melenceng.
“Lho kok.. bengkok punyamu Say..?” tanya Lisa padaku pura-pura seperti seorang amatiran saja.
Belum sempat aku menjawab, buru-buru Inneke membuka zipper dan CD-ku, lantas mengeluarkan isinya.
“Gini lho Tan… mintanya dilurusin, Mas Boy ini..” kata Inneke diikuti penundukkan kepalanya ke arah selangkanganku.
“Aaakkhhh…” pekikku tertahan saat Inneke spontan mulai mengulum kepala penisku ke dalam mulutnya dikombinaksikan dengan sedotan dan jilatan melingkar lidah.
Spotan kedua kakiku menegang dan membuka lebih lebar lagi untuk memudahkan oral Ineke.
“Ooookh My Godd… ssshhh… aakkk…” desahku.
Seluruh tubuhku bergetar dan terasa disedot seluruh sumsun tulangku lewat lubang penisku. Permainan Inneke betul-betul professional, sampai-sampai dentuman musik itu sepertinya tidak kudengar lagi, karena telingaku juga berdesir kencang. Ujung penisku betul-betul ngilu, hangat, geli dan perasaan birahi bercampur jadi satu disana. Lisa lantas membuka kancing kemeja Hawai-ku dan mundaratkan mulut indahnya di puting susu kiriku, sementara puting kanan dimainkan oleh telunjuk dan jempol kirinya.
“Aaakkk… mmmhhh…” desahku tidak menentu.
Aku betul-betul tidak tahan menikmati sensasi ini.
“Gila.., inilah penyelewenganku yang pertama dan dimanja oleh dua orang wanita sekaligus…” bisikku dalam hati.
Aku semakin tidak tahan saja, lalu kurengkuh leher Lisa dan kudekatkan bibirku, kujulurkan lidahku menyapu seluruh rongga mulutnya dan sesekali kuhisap dalam-dalam bibir bawahnya yang sangaat menawan itu. Ini karena jujur saja, aku lebih bergairah dengan Tante Lisa, meskipun sudah hampir mencapai kepala 4 itu (dalam perbincangan kami, akhirnya aku tahu juga umur Lisa, meskipun tidak pasti segitu bahkan bisa lebih).
Badanku lantas kumiringkan dan bersandar pada sofa.
Bukit indah Tante Lisa adalah tujuanku dan benar saja, berapa saat kemudian, “Oookkkhhh… Nimaaatthh… Sayyy… seddooottthhh… terrruuusshhh…” desah Lisa terengah-engah.
Sedotanku kukombinasikan dengan pelintiran jempol dan telunjuk kiriku, sesekali kuputar-putar putingnya dengan telapak tanganku.
“Ssshhh… terussshhh… Sayyy…” Lisa mendesis seperti ular.
Tiba-tiba, “Teeettt..,” suara bel mengejutkan kami, pertanda sepuluh menit lagi akan berakhir.
Aku melihat Adi dan Eko tersandar kelelahan, dan kulihat ada sisa sperma menentes dari ujung penis-nya yang mulai mengkerut.
“Udahan dulu ya Tante.., In..,” pintaku pada mereka.
“Emmhhh… Oke…” jawab mereka dengan nada sedikit keberatan.
Kami pun turun, aku berpisah dengan Adi dan Eko, entah kemana mereka melanjutkan petualangan birahinya. Dan kami pun sudah masuk ke Civic Lisa.
“Kemana Kita nich..?” tanyaku sok bloon seraya menghidupkan mesin.
“Kita lanjutin di hotel yuk Ke..!” ajak Tanta Lisa kepada Inneke.
“Baik Tan… Kita ke hotel **** (edited) yang punya whirpool di kamarnya.” sahut Inneke.
Rupanya Tante Lisa adalah seorang eksekutif, karena itu ia pesan salah satu President Suit Room yang mana seumur-umur aku baru mesuk ke dalamnya. Kamarnya luas, kurang lebih 6 x 8 meter, beralaskan permadani coklat muda kembang-kembang dan dilengkapi whirpool yang menghadap ke arah kehijauan lembah. Kamar itu juga mempunyai sofa panjang di sebelah whirpool.

Begitu masuk, Tante Lisa lalu mengunci pintu, aku dan Inneke mengambil tempat duduk di sofa sebelah whirpool. Aku melingkarkan lenganku ke pundak Inneke, alunan musik malam pun semakin menambah romantis suasana.
“Innn…” bisikku mesra kepada Inneke mengawali percumbuanku.
Inneke yang sudah on berat itu langsung menyambut kecupanku, nafasnya terengah-engah, menandakan bahwa dia sangat menginginkan kehangatan, kenikmatan dan mengisi kekosongan ruang vaginanya yang terasa menggelitik dan lembab. Dengan sedikit tergesa, aku melepas CD-nya, lalu kurebahkan kepalanya di sandaran sisi sofa dan keletakkan pinggulnya tepat diselangkanganku.
“Sreett…” penisku mulai bereaksi saat pantatnya yang dingin menyentuh Lee Cooper-ku dan kulihat Inneke terpejam, sementara tangannya membetulkan rambutnya yang tergerai di sofa.
Aku mulai memainkan jari telunjukku di bibir luar vaginanya yang sudah mulai melelehkan cairan bening dari hulunya. Tidak ketinggalan, bibirku menghisap dalam-dalam dan sesekali kujepit putingnya dengan kedua bibirku lalu kutarik-tarik, sesekali kupilin-pilin dengan kedua bibirku.
“Wuuuaahhh… ssshhh… terussshhh… nikkkmatthhh…” desah Inneke keras-keras saat kuperlakukan seperti itu.
Tubuhnya kejang panas dan seluruh aliran darahnya kini memuncak. Sengaja aku tidak memasukkan telunjukku, karena untuk menstimulasi lebih intens lagi. Kami bercumbu dan sudah tidak ingat lagi apa yang dilakukan Lisa di kamar mandi yang begitu lama.
“Bentar Inn.., Aku pispot dulu yach..?” kataku sambil melepaskan cumbuanku.
“Emmhhh…” desah Inneke sedikit kesal.
Akan tetapi, aku melihat Inneke melanjutkan birahinya dengan dua jari. Aku sendiri berlari kecil menuju ke kamar kecil dan sesampai di pintu, aku kaget karena mendapati Tante Lisa lagi meregang orgasmenya.
“Aaakkkhhh… ssshhh… ssshhh…” desah Tante Lisa, matanya mendelik merem melek.
Tampaknya vibrator mutiara itu masih bekerja, sehingga saat aku kencing, Lisa pun tidak melihatku.
“Boyyy…” sebuah panggilan lembut mengagetkan aku saat hendak meninggalkan kamar mandi itu.
“I… iii.. yaaa… Tan..?” sahutku agak kaget.
“Sini dooonggg..! Hangatin vagina Lisa dengan penis Kamu yang.., ookkhhh…” Tante Lisa terpekik saat vibrator itu ia cabut dari liang vaginanya.
Aku hampiri Tante Lisa di Bath tub itu dan aku baringkan tubuhku disana.
“Oh.., nikmat sekali mandi air hangat dikelonin tante seksi ini.” bisikku dalam hati.
Aku rengkuh lehernya dan kuberikan french kiss yang begitu mesra dan Tante Lisa pun membalas dengan ganas seluruh rongga mulutku, leher dan kadang puting susuku di hisapnya. Penisku yang terendam kehangatan air itu semakin maksimal saja. Selama tiga menit kami bercumbu, Tante Lisa nampaknya tidak dapat mengendalikan nafsunya.
“Mmmppphhh… oookkkhhh… setubuhi aku Boy..! Cepeeetthh..!” pinta Tante lisa sambil menggeliat seperti cacing kepanasan.
“Baik.. Lisss… Terima penisku yang panjaaanggg…” bisikku sambil memasukkan seluruh batang penisku pelan sekali.
“Oohhh… mmmppphhh… nikmatthh…” gumannya saat batang kejantananku mili per mili mulai menjejali rongga rahimnya.
“Kocokkhh.. yaacchhh… terussshhh… aaakhh… nimat bangeettthh..!” serunya ketika aku mulai mengosok-gosok pelan penisku.
Aku keluarkan kira-kira empat senti, lalu kukocok lima atau enam kali dengan cepat dan kusodokkan dalam-dalam pada kocokan ke tujuh. Rupanya usahaku tidak sia-sia untuk menstimulasi G-spot-nya.
“Aaakkkhhh… ooohhh… nimatthhnyaa… oookkkhhh Godd..!” teriaknya mengawali detik-detik orgasmenya.
Sepuluh detik kemudian, “Nnggghhh… aaakkkhhh… sshhhfff… ookkkhhh… Boyy… kocokk… lebih intens lagi Yannk..!” jerit Tante Lisa diiringi geliat liar tubuh indahnya.
Payudaranya diremas-remasnya sendiri, sementara aku tetap berpegangan pada sisi bathtub sambil mengocok lembut vaginanya.
“Akkhh…” teriakku pelan saat Tante Lisa menggigit pundakku karena aku masih saja mengocok penisku di vaginanya.
Rupanya Lisa sudah mulai ngilu.
Aku memeras tegang otot lenganku dan Tante Lisa sepertinya minta time out untuk mengatur nafas dan menghilangkan kengiluan di liang sengamanya. Aku meraih lehernya, lalu aku berdiri pada dua lututku dan Tante Lisa diam mengikuti apa yang akan kulakukan. Aku memondong Lisa dan tetap menjaga penisku tertanam dalam-dalam di vagina Tante Lisa yang mengapit kedua tungakainya ke pinggangku. Kami menghampiri Inneke yang juga lagi meregang orgasmenya dan Inneke tampaknya lebih liar dari pada Lisa, mungkin karena pengaruh XTC dan suasana yang penuh hawa birahi itu.
“Aaaoookkkhhh… ssshhh… aaakkkhhh… aaakkkhhh…” jerit Inneke keras sambil menghujam-hujamkan kedua jari kanannya.
Sementara tangan kirinya meremas dan memilin payudaranya dan sesekali ditekan serta diputar. Aku terkesima sejenak dengan pemandangan yang diciptakan Inneke itu dan aku mebayangkan akan lebih histeris lagi pasti jika yang keluar masuk itu adalah 15 cm penis kebanggaanku.
“Booyy… ayyyoook terusinn..!” pinta Tante Lisa diiringi goyangan lembut pinggulnya.
Ia tampaknya mulai bergairah kembali setelah melihat Inneke yang begitu histeris dan aku pun demikian ketika penisku hampir mengendor di Vagina Lisa. Aku maju selangkah dan mendudukkan Tante Lisa dari arah belakang sofa. Aku sendiri mengambil posisi berdiri untuk memudahkan eksplorasiku. Di lain pihak, Inneke yang sudah mengakhiri masturbasinya itu mengetahui kehadirna kami dan mengambil tempat di belakang Tante Lisa.
“Ookkhhh… Terusin Keee..!” pinta Tante Lisa saat Inneke menyibakkan rambutnya dan mulai mencumbui leher Tante Lisa.
Tidak ketinggalan, kedua telapak tangan Inneke menggoyang, memutar puting dan kadang-kadang dipilin lembut. Aku sepertinya merasakan apa yang Tante Lisa rasakan, darahnya mulai hangat, birahinya sudah memanas. Tubuh lisa bagaikan daging burger di antara aku dan Inneke, pinggulnya masih aktif menggoyang-goyang, kadang menghentak-hentak lembut.
“Oooaaakkkhhh… nngghhh… ohhhh… nngghhh… Kocok terushh… yaaa… iyaa… terusss..!” desah Tante Lisa keras saat aku tepat menstimulasi G-Spot-nya.
Nafasnya tersengal-sengal disela-sela lenguhan-lenguhan panjangnya, tubuh Tante Lisa menggeliat-geliat liar.
Inneke masih aktif membantu Tante Lisa menggapai surgawinya, kecupan-kecupan di belakang tubuh, leher, pinggang dan tiba-tiba Tante Lisa melenguh panjang diiringi percepatan hentakan pinggulnya. Aku semakin penasaran saja apakah yang dilakukan Inneke hingga Tante Lisa tampak lebih histeris lagi dari yang tadi. Kuraba raba punggung Lisa sambil kukulum mesra bibirnya, tanganku mulai turun ke arah pantatnya, kutekan kedua sisi bokongnya yang padat itu dan kuulir-ulir. Berawal dari situlah aku tahu rupanya telunjuk dan bibir Inneke memainkan peran di lubang anus Tante Lisa, telunjuknya yang berlumur vaselin itu keluar masuk lembut di vagina Tante Lisa.

Oookkhhghh… Goddhh… Ke… truuusss… Yanng… oookkhhh, kontholll… akkhhh… sshhh…” ceracau Tante Lisa tidak beraturan, menjemput ambang orgasmenya.
Kedua lubang Tante Lisa terasa pejal dan hangat. Aku malah semakin terangsang oleh imajinasiku sendiri, aku lantas memeluk erat-erat Tante Lisa saat ia mulai mengencangkan lingkaran tangannya di tubuhku. Darahku juga mulai bergerak cepat menuju ke ujung syaraf di kepalaku, kupingku tidak lagi menghiraukan lenguhan dan desahan-desahan Tante Lisa.
“Oookkkhhh… Lissshhh… nikmathhh… vaginamu… Akkhhh..!” desahku saat birahiku kurasakan menjalar di seluruh tubuhku.
“Booyyy… Akuuu… mmmhhh… mauuu…” seru Tante Lisa menyambut orgasmenya.
Tubuhnya menegang, wajahnya merah merona, menambah cantiknya Tante kesepian ini, sementara bibirnya terkatup rapat.
“Sssebentar… Lissss… Kita keluar bareng…” bisikku yang kuiringi tempo kocokanku secara maksimal, yaitu kukeluarkan hampir sepanjang batangnya dan kubenamkan dalam-dalam di rahimnya.
Rupanya darahku tidak bertahan lama di syaraf-syarafku, hingga berdesir kencang meluncur melalui seluruh nadiku dan bermuara pada sebuah daging pejal di selangkanganku.
“Lisss… Aku nyammmppaaiii… uuaaakkkhhh… aaakkhhh.., aakhhh..,” desahku sambi memutar-mutar penisku yang tertanam maksimal di vagina Tante Lisa, sehingga rambut-rambutku yang disana juga menggelitik klitoris Tante Lisa.
“Sseerrr… serrr…” kurasakan cairan Tante Lisa mendahului orgasmeku, dan seditik kemudian, aku dan Lisa meregang nikmat.
Kami menjerit-jerit sensasional dan tidak khawatir orang lain mendengarnya. Tante Lisa histeris seperti orang kesetanan ketika telunjuk Inneke juga mempercepat kocokan di anusnya.
“Aaakkkhhhggh…” desah kami bersamaan mengakhiri nikmat yang tiada tara tadi dan juga baru kurasakan seumur hidupku.
Maniku meleleh di sela-sela pejalnya bnatang kejantananku yang masih manancap dalam di rahim Tante Lisa. Inneke tampaknya puas dengan hasil kerjanya, lalu ia memeluk Tante Lisa erat dan berbisik, “Enak khan Tannn..?”
Tante Lisa sendiri sudah lemas dan terkulai di atara aku dan Inneke, aku mengecup mesra Tante Lisa dan beralih kepada Inneke untuk memberikan stimulan birahi dalam dirinya yang juga mulai mendidih.
Kedua wanita itu memang hebat, yang tua histeris dan mampu menguasai diri dan yang muda histeris juga dan menuruti jiwa mudanya yang bergejolak. Tante Lisa tampaknya tidak dapat menahan rasa di tubuhnya, sehingga lunglai lemas tidak bertenaga. Inneke lantas membimbingnya melepas gigitan vaginanya dari penisku yang mulai mengendor ke arah ujung sofa untuk beristirahat. Kulihat wajah Tante Lisa amat puas bercampur dengan letih, akan tetapi semua beban birahinya yang tertahan selama dua minggu meledak lah sudah.
“Ooookkkhh… sssshh…” desis Tante Lisa saat penisku kutarik pelan dari gigitan vaginanya.
Aku melangkahi sofa dan duduk di sandarannya, lalu kubuka kedua pahaku. Tampaklah oleh Inneke sebuah meriam yang berlumur sperma masih setengah tegak.
“Oookkkhhh… gellliii… ssshhh… terusssss… Keee..!” pintaku pada Inneke saat ia mulai mengulum penisku dan hampir semuanya terkulum di mulutnya yang sedikit lebar namun seksi.
“Oaaakhhh…. aaakkkhh… sshhhssshshh…” desisku saat aku mulai merasakan lagi denyutan penisku di mulutnya.
Inneke masih menghisap habis seluruh sperma yang tersisa dan kocokkannya semakin cepat, hingga kedua kakiku bergetar menahan ngilu bercampur nikmat.
“Oookkkhhh… terusss… hisappphh Sayy..!” pintaku sambil mendorong kepala Inneke untuk melakukan lebih dalam lagi.
“Oooouakghh.. Plop…” tiba-tiba mulut Inneke melepas kulumannya dan langsung berdiri menjilat leher dan kedua telingaku bergantian.
“Aku ingin di whirpool Sayy..!” bisik Inneke.
Whirpool itu sendiri sudah dilengkapi semacam sofa untuk berbaring, sehingga jika berbaring di situ, maka mulai dada sampai kaki akan terendam air hangat bercampur semburan air di sisi-sisi kolamnya. Aku merebahkan Inneke disana dan memulai percumbuan kami, tubuh kami terasa hangat dan seperti di pijat-pijat, sehingga penisku yang sempat layu mulai menegang kembali. Inneke tampak menikmati sensasi ini dan aku tahu bahwa Inneke akan menginginkan melodi yang berbeda dengan Lisa.
“Masss… sshh… oookkkkhh… masukin Aku… oookkhhh… mmmppphh…” pinta Inneke sambil membuka pahanya lebar-lebar.
Sejenak aku memainkan kehangatan air, kuayun-ayun tanganku di dalam air ke arah vagina Inneke yang membuatnya segera menarik tubuhku untuk menaikinya. Kami memang sudah diselimuti nafsu sehingga rasanya pemanasan Inneke melihat orgasme dari Tante Lisa sudah lebih dari cukup. Tubuh kami hangat oleh air dan kehangatan dari pasangan kami serta semburan-semburan air dari sela-sela kolam membuat kami semakin terbuai jauh ke awang-awang.
“Blesss…” 10 cm dari penisku mulai menjejali vagina Ineke diiringi desahan, “Aaakkkkhhh… mmmppph…” guman Inneke yang membuat Tante Lisa tersadar dan menyusul kami di kolam.
Kuhentakkan pelan, sehingga seluruh penisku mendesak dinding-dinding vaginanya yang terasa lebih perat dan berdenyut. Lisa mengambil posisi memangku kepala Inneke di paha kanannya dan membelai lembut kening Inneke.
“Aaawww… oookkkhhh… gelli… Masssh…” teriak Inneke saat aku memainkan otot lelakiku di leher rahimnya.
“Masss… dikocok pelaannn… yacch..!” pintanya sambil membelai rambutku, membuatku jadi teringat saat-saat romantis dengan pacar-pacarku dulu.
Aku mengangguk dan kuikuti apa yang Inneke mau, lalu kukocok perlahan dengan cara sepuluh senti aku kocok lima atau enam kali dan kubenamkan dalam-dalam, lalu kuputar pada kocokan ke-7. Cara ini efektif untuk menstimulasi G-Spot seorang wanita. Kurang lebih lima menit kemudian, Inneke mengangkat kepalanya dan mendaratkan ciuman bertubi-tubi di mulut dan leherku bergantian. Tubuhnya sedikit menegang dan lebih hangat kurasa, lalu aku memberi isyarat Tante Lisa untuk menyingkir ke arah bagian belakang kami.
“Ooookhhh… Massshh.. aaakuuu… hammmppirr..!” bisik Inneke saat aku mulai menaikkan ritme kocokanku.
“Tahan Ke..!” pintaku, lalu aku memberi isyarat kepada Tante Lisa lagi.
“Akkkhhhgghhh… ssshhh… mmmpppphh…” desahku dan Inneke bersamaan saat telunjuk Tante Lisa mulai memasuki lubang pantatku dan anusnya Inneke.
Rasanya hangat mengelitik, apalagi jika di kocokkan di kedalaman anusku dan aku bisa membayangkan sensasi yang dialami Inneke. Pasti akan terasa pejal dan nikmat serta sensasional pada kedua lubangnya.
“Oookkkhhh… Taaan… aaaakk.. kuuu tak kuuu..atthh…” teriak Inneke mulai mengawali detik-detik orgasmenya.
Para netters yang budiman, sudah bisa diduga, kami pun terbuai dengan alunan sensai jari Tante Lisa dan hisapan vagina Inneke bersamaan. Demikian pula Inneke. Panasnya penisku dan gelitik telunjuk Tante Lisa membuatnya lupa daratan.
“Aaaggghhh… oookkkhhh… oookkkhhh… aaakkkhhhg… mmmm.. ssshshhh.. awww… ssshhh…” ceracauku dan Inneke tidak beraturan.
Dan kurang lebih sepuluh detik kemudian, aku dan Inneke meregang birahi yang dikenal dengan nama orgasmus secara bersamaan. Aku memancarkan spermaku. Terasa lebih banyak dari pada dengan Tante Lisa dan aku juga merasakan aliran mani Inneke dari rahimnya. Aku menghempaskan tubuhku ke samping Inneke dan Tante Lisa mengambil tempat di sisi lainnya. Hangat tubuh mereka dan kami becumbu seolah tiada hari esok. Kami lanjutkan tidur mesra diapit dua tubuh sintal nan hangat berselimutkan sutra lembut. Dan saat salah satu dari kami terjaga, kami mengulanginya lagi hingga spermaku betul-betul terasa kering.
Minggu siang, kami baru terbangun, lantas kami mandi bersama dan kemudian sarapan pagi. Kami meluncur ke Surabaya dan janji akan kencan lagi entah dengan Tante Lisa ataupun Inneke atau kadang mereka minta barengan lagi. Aku akhirnya terlibat kisah asmara yang penuh birahi, namun aku puas karena dapat melampiaskan nafsuku yang meletup-letup itu. Beberapa kali aku ditawari dan berkencan dengan teman Tante Lisa dan kadang ada yang aku tolak, karena prinsipku bukan jual cinta seperti gigolo, akan tetapi sebuah prinsip petualangan.



Kisah Pemerkosaan Wanita Idola




1

gw merupakan sebuah staff sebuah hotel berbintang 4 di Bali, Sudah sepuluh tahun belakangan ini gw merantau di pulau Dewata ini, hanya dengan bermodalkan ijasah SMK ( sekolah menengah kejuruan) gw memberanikan diri mengadu nasib disini, bekerja di hotel tidaklah mengecewakan. Walaupun hanya sebagai office boy, menyaksikan tingkah laku berbagai macam tamu domestic dan international sudah menjadi hal biasa. But ciehh kata2 gw sudah mulai berenglish ria!hehehe tetapi malam itu agak berbeda dari malam malam sebelumnya! Ada tamu sangat special di hotel, Feny (nama palsu) merupakan artis idola gw sejak beberapa tahun belakangan ini. Feny sangat seksi tingginya sekitar 178 meter dengan bobot yang ideal, membuat Feny begitu seksi di layar kaca. gw kira malam itu gw mimpi melihat dengan mata kepala gw sendiri wanita idola gw ini!
Feny menginap dengan 2 sahabatnyanya di dua kamar kelas deluxe di lantai 4 hotel tempat saya bekerja. Namanya, Wulan (nama samaran juga) dan Dany. Wulan orangnya kecil mungil. Namun memiliki ukuran buah dada yang indah, tidak besar, tidak juga terlalu kecil. Sepertinya, Wulan yang berusia paling kecil di antara mereka semua. Mungkin baru menginjak 16 tahun. Dan satu lagi, teman mereka dari Bali bernama Wayan, dia yang sering mengantar mereka bertiga. Jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Feny, Wulan dan Dany pulang diantar oleh Wayan dengan mobil hardtopnya. Sambil ketawa ketiwi, mereka bertiga turun dari mobil untuk memasuki lobby hotel. Dari suara tercium aroma minuman keras yang cukup menyengat. Nampaknya Feny dan Dany mabuk berat. Sebagai satu-satunya office boy yang ada di lobby, gw pun bergegas menghampiri tamu-tamu istimewa hotel itu.
‘Serius kamu bisa handle.’Teriak Wayan dari atas mobil hartopnyanya.
‘Tenang aja. Nia gini-gini bisa urus Mbak Feny dan Mas Dany kok. Wayan pulang aja, katanya orang rumah ada yang sakit. Aman. Tolong bantu saya papah teman-teman ke atas ya, Mas.’ Kata Wulan sambil memerintahku untuk memapah Dany.

Dengan sigap gw memapah Dany di tangan kananku. Tangan kiriku membantu Wulan yang sempoyongan menahan berat Feny yang tidak sanggup dipikul oleh tubuh mungilnya. Tangan kiriku benar-benar membuat iri semua bagian tubuh yang lain. Kulit Feny benar-benar halus. Mungkin karena sering perawatan, pikirku. Dalam kondisi memapah sering kali tanganku bersentuhan dengan susunya yang besar itu. Tentu saja, setiap sentuhan ini membuat adik jadi siaga satu. ‘Ini kesempatan langka, gw harus mendapatkan tubuh idamanku ini..’Batinku. Kami memasukkan Dany lebih dulu. Karena kamarnya paling dekat dengan pintu lift. Setelah itu, gw dikelilingi dua wanita cantik ini berjalan menuju kamar 418 yang ada di ujung lorong. Dalam kelebatan cahaya lampu lorong, Wulan yang berjalan di depan kami berdua. Tubuhnya yang mungil menawarkan sex appeal tersendiri. Sensual dalam mungilnya. Hmmm…Cantik juga ABG ini, kata gw dalam hati sambil tangan kiriku mulai nakal meremas-remas susu Feny. kontol gw semakin tegang karenanya. Feny & Wulan, gw menginginkan kalian berdua malam ini.
‘Oke,saya bisa sendiri,Mas.’Kata Wulan setelah membuka pintu kamar. ‘Ga apa-apa,Non. Saya antar aja sampe ke dalam…’Kata gw berani mengingat situasi hotel yang sudah sepi. gw menerobos pintu kamar sambil mendorong Wulan. ‘Apa-apaan ini, Mas….’Bentak Wulan. ‘Eh…diam kamu. Atau saya kalap dan bunuh kalian berdua.’Ancamku sambil menutup pintu kamar, dan mengDanygi kuncinya. ‘Non Wulan duduk di sana!!!’ Perintahku semakin berani setelah Wulan menunjukkan ketakutan pada gw. Wulan pun duduk di kursi yang ada dekat tempat tidur king size. gw pun meletakkan tubuh Feny terlebih dahulu di kasur.
‘Eeeemmm….’Feny bereaksi ketika tubuhnya terhempas. susunya sempat terguncang. Membuatku semakin terangsang. Tapi nanti dulu, sayang. gw ingin dipanaskan dulu oleh bibir mungil Wulan,pikirku sambil menelan air ludah. gw pun menghampiri Wulan. ‘Kamu masih mau hidup,bukan?’ Kata gw pada Wulan. Diikuti anggukan pelan Wulan. ‘Kalo gitu ikuti perintahku…..buka reslitingku. Dan elus kontol gw dengan lembut.’ Wulan menuruti. Terlihat masih canggung. Mungkin dia belum pernah melakukannya pada cowok lain. kontol gw langsung menegang dengan elusan Wulan. Ukurannya yang 18 centi dengan diameter yang gede, membuat tangan mungil Wulan tidak bisa menggenggamnya dengan utuh.
‘Aaaahh…hh..hh..Kamu berbakat sekali,sayang. Sekarang kulum dia.’Perintah gw lagi. Wulan terdiam, sepertinya dia agak bingung. ‘Hisep….atau kamu mampus.’Bentak gw membuyarkan kebingungannya. gw sodorkan kontol gw di bibirnya yang seksi. Dan Wulan pun bekerja sesuai perintah gw. Mulutnya terbuka penuh menerima kontol gw yang sudah berdiri gagah. Meskipun hanya 1/3 masuk tapi hangatnya mulut Wulan membuat sensasi yang luar biasa. gw pun menarik rambut kepalanya untuk maju mundur demi menambah kenikmatan langka ini. Sambil menangis, Wulan melakukannya dengan baik untuk level pemula. Sesekali dia mau tersedak, ketika gw memaksakan untuk lebih masuk lagi. Tangan gw yang satu lagi menyobek kaos tipis yang dikenakannya hingga memperlihatkan seluruh isi dadanya yang putih bersih ini.
‘Aaaacchhh….hebat kamu cantik. Sudah cukup. Cukup. Sekarang, kamu liat baik-baik. Ini show hebat yang ga ada di sinetronmu.’Kata gw sambil mencabut kontol gw yang sudah siap tempur. gw beralih ke arah ranjang. gw buka resliting Feny yang masih tidur dalam kondisi maboknya. Setelah gw pelorot Jeans ketat itu, sempat gw tertegun melihat pemandangan di depan gw. Aiiiih, Mak. Seksi sekali paha punya artis ini. Tidak seperti pelacur yang biasa gw sambangi. Ya, iya lah bodoh, ini kan artis!hohoho.. Tangan gw beralih ke kaos putih ketat milik Feny. gw angkat perlahan hingga lepas. Sempat gw cium dan gw gigit lehernya karena begitu gemas dengan keindahan luar biasa ini. Dan dengan buru-buru gw lepas bra milik Feny hingga memperlihatkan gundukan indah milik artis idola gw ini. Sempat gw main-mainkan dua putingnya. Lalu ciuman turun ke perut dan terus turun ke bawah. Menuju liang kenikmatan gadis tercantik di Indonesia ini.
‘Aaaaacchhh…’Feny sempat mendesah sesaat setelah lidah gw mengaduk memeknya. Harum sekali memek milik artis ini. Membuat gairah gw semakin melambung tinggi. Setelah memeknya gw rasakan cukup basah. gw mengambil posisi tempur. Adik gw sudah menghunus dengan tidak sabarnya. Dua tangan gw memegang pinggul ramping Feny. Dan pelan-pelan kontol gw yang sudah menempel di bibir memek ini bergerak menembusnya. Feny sempat mengejang dengan penetrasi ini. Tapi pengaruh alkohol membuat dia tidak bisa keluar dari kondisi tidak sadarnya. ‘Tolong jangan….Mas,kasihan mbak Feny..’Nia merengek di kursi tempatnya duduk sambil menutupi dua susunya yang sudah bebas menggantung. ‘Eh…diam kamu. Liat aja. Masih rewel juga gw potong lehermu.’ Bentak gw. Dengan tidak sabar gw hentakkan pantat gw hingga kontol perkasa gw meluncur menusuk semakin dalam. ‘Aaaaaahhh…hh…enak sekali punyamu Feny gw. Akhirnya gw bisa mencicipimu.’Desah gw dengan napas terputus-putus. Memang memiaw Feny ternyata sudah tidak perawan. Tapi nampaknya, siapa pun kontol yang pernah bekerja dengannya tidak sebesar milik gw. Sempat gw diamkan kontol gw yang sudah terbenam seluruhnya untuk merasakan pijatan erotis memek Feny.

‘Eeeemmm..mm..aaaah..’Feny dalam pingsannya tampaknya juga masih merespon rangsangan dari genjotangw yang mulai cepat. Peluh mengalir di tubuh gw menandakan ritme ‘pekerjaan’ ini semakin cepat. gw merapatkan dada gw ke dada Feny. Merasakan kenyalnya susu artis ini menempel di dada gw. Bibir gw seolah tidak mau ketinggalan, terus mengulum bibir yang beraroma alkohol ini, lehernya yang jenjang. Tangan gw dengan gemas meremas kuat dua susu Feny bergantian. Tubuh Feny berguncang-guncang di atas ranjang empuk menerima hujaman kontol gw yang semakin liar. susunya naik turun menggemaskan. Sensasi yang luar biasa, aaaah…bejo-nya gw, gumam gw dalam hati. Remasan memek Feny juga mulai terasa semakin kuat mencengkram. Liangnya yang semakin basah, semakin membuat gerakan dan manuver kontol gw semakin lancar. ‘Aaaaah…Feny- gw. Nikmat sekali.’ gw menyerocos ga jelas karena kenikmatan luar biasa ini.
Tangan gw mencengkram kasar pinggul Feny. Pantat gw semakin bertenaga naik turun. Dan kemaluan gw yang besar sudah mulai berkedut-kedut menandakan orgasme sebentar lagi datang melanda. gw tanjapkan dalam-dalam semua batang kontol gw dalam liang kenikmatan Feny, disertai semburan air mani yang luar biasa mengalir menambah sensasi sebuah orgasme. ‘Uuuuuuugggghhh….’Tubuh gw ambruk seiring melemasnya seluruh tubuh gw. kontol gw masih tertancap dengan semua kenikmatan yang baru saja didakinya. keringat gw meleleh membasahi seluruh badan Feny yang masih terlelap dengan tak bersalahnya. ‘Aaaahhh…nikmat sekali. Kamu lihatkan, Wulan. Itu tadi seks yang fantastis,bukan?’ Kata gw puas sambil melirik Wulan yang duduk sambil menekuk dua lututnya menutupi susunya. gw tahu di sela pergumulan gw tadi, beberapa kali Wulan tak tahan juga untuk melirik apa yang sedang terjadi. Nafasnya terdengar terengah karena terangsang oleh apa yang dia lihat dan dengar. ‘Aaah…’gw mencabut kontol gw yang sudah mulai menciut dari memek Feny. Menyisakan ceceran air mani yang mengalir di sela memek yang enak ini. Tubuh gw ambruk di samping idaman gw.
Wulan ga bisa ngomong dan tidak bisa berbuat apa kerana hanya bisa diam saja menyaksikan temannya diperkosa di hadapannya dan hanya bisa meratapi nasibnya! Cerita Sex Diatas akan dilanjutkan ke pemerkosaan artis idola part 2! jadi tongkrongin terus situs cerita sex dan cerita dewasa khusus bahasa indonesia ini!




Rabu, 08 April 2015

Bercinta Dengan Molly Kakak Kelas ku

2

Mula mula gue ingin memperkenalkan diri. Nama gue Daron. Gue ada kesempatan belajar di Malaysia karena ayah gue bekerja di sana. Ketika itu gue berumur 15-16 kira-kira kelas 1 SMA. Pertama kali masuk skolah ada upacara bendera. Waktu lagi kenalan ama temen-temen baru ada cewe’ datang dari arah pintu gerbang dengan terburu-buru, soalnya semua murid sudah berbaris. Gue liatin tuh cewe’..”OK jugak nih..”. Setelah gue tanya temen gue ternyata die kakak kelas. Umurnya 17an kira-kira kelas 3 SMA. Namanya Molly.
“Cute juga nama doi”.
Tiba -tiba dari belakang ade rekan sekelas megang bahu gue.
“Ngapain loe nanyain tentang kakak gue?”.
Buset dah, kaget gue. Gue cuma takut dipukulin soalnya die ‘gangster’ di sekolahan.
“Ah..enggak kok. Nanya doank” kata gue dengan gementar.
Balik dari sekolah gue terus ngebayangin tuh cewe. Gue nggak bisa ngilangin die dari pikiran gue. Gila cantik banget. Bibirnya yang kecil dan tipis, buah dadanya yang montok (mungkin boleh dibilang lebih besar dari ukuran teman sebayanya), betisnya yang putih dan mulus, pokoknya absolutely perfect. Gue cuma bisa ngebayangin kalo-kalo die mau ama gue.
Di suatu pagi yang cerah (gue belajar kalimat kayak gini waktu kelas 4 SD), gue ama nyokap pergi ke deretan toko-toko di deket rumah. Maksudnya sih mau nyari toko musik, soalnya gue mau belajar main gitar. Setelah kira-kira 1 bulan baru gue tau bahwa guru gitar gue sama ama adiknya Molly. Terus guru gue tu nyaranin kita berdua ngadain latihan bersama di rumahnya. Gue girang banget. Mungkin ada kesempatan gue ngeliatin wajah cantik kakaknya. Yah.. walaupun kagak “buat” ngeliat wajahnya juga udah cukup.
Waktu liburan semester adiknya (biar lebih gampang gue tulis Jason) ngundang gue ke rumahnya untuk latihan gitar barengan. Terus gue tanya ada siapa aja di rumahnya.
“Gue ama kakak gue doank kok” jawabnya. Wah.. berdebar-debar nih rasanya. Tapi gue juga rasa diri gue sendiri bodoh. Soalnya die aja kagak kenal gue, malahan cuma ngobrol sekali-sekali melalui chatting. Tapi gue ngak peduli.
Jason sebenarnya belom mastiin kapan gue bisa dateng ke rumahnya. Tapi gue ngak peduli dateng ke rumahnya hari itu karena gue cuma ada waktu hari itu. Sampai di depan pagarnya gue neken bell. Kelihatannya sepi. Tiba-tiba pagar terbuka (pagar automatik nih) terus kakaknya muncul.
“Nyari siapa?”.
“Jason” gue bilang.
“Wah, maaf, Jasonnya nggak ada tuh.”
Wah.. sekarang baru gue sadar suara Molly ternyata lembut lagi ‘cute’.
“Oh.. ya udah, terima kasih.”
Gue muterin badan gue, belagak mau pergi gitu. Tiba-tiba suara yang lembut itu terdengar lagi.
“Eh.. nggak masuk dulu? Daripada capek bolak-balik mendingan tunggu di sini.”
Wah!! Peluang emas!
Terus gue masuk dan dihidangin minuman dingin ama Molly. Terus dia duduk dihadapan gue ngajakin gue ngobrolin sesuatu. Dalam sekelip mata, pemandangan di depan gue menjadi sangat indah. Kebetulan dia memakai baju T-Shirt tipis dan skirt pendek jadi gue bisa ngeliat bahagian pahanya yang putih mulus. Sekali-sekala gue ngelirik ke bagian dada dan pahanya. Gue rasa sih dia tau tapi dia belagak nggak peduli.

“Kapan Jason balik?” tanya gue.
“Nggak tau kayaknya sih nanti jam 6″
Gue ngelirik jam tangan gue. Sekarang jam 2 petang.
Kira-kira selama 15 menit kami ngobrol kosong. Tiba-tiba ntah gimana jam di meja sebelahnya jatuh. Kami terkejut dan dia terus membereskan benda-benda yang berselerak. Dari belakang gue bisa ngeliat pinggulnya yang putih mulus. Tiba tiba jeritan kecilnya menyadarkan lamunan gue. Ternyata jarinya terluka kena kaca. Naluri lelaki gue bangkit dan terus memegang jarinya. Tanpa pikir panjang gue isep aja darah yang ada di jarinya. Waktu darahnya udah beku gue mengangkat wajah gue. Ternyata selama ini die ngeliatin gue. Tiba-tiba dia ngomong
“Ron, kok lu ganteng banget sih?”
Gue hanya tersipu-sipu. Terus gue diajakin ke tingkat atas untuk ngambil obat luka. Waktu duduk di sofa, gue usapin aja tuh ubat ke jarinya. Tiba-tiba datang permintaan yang tidak disangka-sangka.
“Ron, cium gue dong, boleh nggak?”.
Gue bengong doank nggak tau mo jawab apaan. Tapi bibirnya udah deket banget ama bibir gue. Langsung gue lumat bibir mungilnya. Dia memejamkan matanya dan gue nyoba untuk mendesak lidah gue masuk ke dalam mulutnya. Dia membalas dengan melumat bibir gue. Tanpa sadar tangan tangan gue udah merayap ke bagian dadanya dan meremas-remas payudaranya yang montok dari luar pakaiannya. Dia mendesah lirih. Dan mendengarnya, ciuman gue menjadi semakin buas.
Kini bibir gue turun ke lehernya dan kembali melumat dan menggigit-gigit kecil lehernya sambil tangan gue bergerak ke arah skirt pendeknya dan berusaha meraba-raba pahanya yang putih dan mulus. Tiba-tiba tangannya membuka resleting celana gue dan coba meraih anu gue. Gue semakin ganas. Gue elus-elus celana dalamnya dari luar dan tangan gue satu lagi meremas-remas payudaranya yang montok. Dia mendesah dan melenguh.
Akhirnya gue berhenti melumat bibir dan lehernya. Gue coba melepaskan t-shirtnya yang berwarna pink. Tetapi tangannya mencegah.
“Ke kamar gue aja, yuk!”
Ajaknya sambil menuntun tangan gue. Gue sih ikut aja. Gue kunci pintu kamarnya dan langsung gue raih t-shirtnya hingga dia hanya mengenakan bra putih dan skirt birunya. Gue kembali melumat bibirnya dan coba membuka kaitan branya dari belakang. Sekarang die bener-bener telanjang dada. Langsung gue lumat payudaranya. Gue remas-remas dan gue jilatin puting kiri dan kanannya.
Tanpa disadari dia mengerang.
“ummh..ahh..!”
Gue malah lebih bernafsu. Tiba-tiba tangannya yang lembut meraih penis gue yang sangat besar. Kira-kira 14 cm panjangnya. Dia langsung mengelus-elus dan mulai mengocok penis gue itu. Gue mengerang
“Ahh..Molly..terusin..ahh!”
Kira-kira 15 menit gue melumat payudaranya. Sekarang gue nyoba ngebuka skirt hitamnya. Setelah terlepas gue tidurin dia di ranjang dan kembali melumat bibirnya sambil mengusap-usap vaginanya dari luar CDnya dan tangan gue yang satu lagi memelintir puting payudara kanannya.
“Ahh.. Daron.. ummhh!” Erangnya.
Kotak-Kecil-II.gif” alt=”Cerita Sex Indonesia” width=”728″ height=”90″ />
Akhirnya kami berdiri. Dia melepaskan baju dan celana gue dan meraih penis gue yang sangat tegang. Dia nyuruh gue duduk. Terus dia jongkok di depan gue. Dia nyium kepala penis gue dan menjilatnya. Kemudian die berusaha mengulum dan menghisap penis gue yang besar. Gue mengerang keenakan.
“Ummhh..Molly..!!”
Akhirnya gue nggak tahan dan menyuruhnya berhenti. Gue nggak mau keluar terlalu awal.

Terus perlahan-lahan gue lepasin celana dalam putihnya dan memandang sebuah lubang berwarna merah jambu dengan bulu-bulu yang halus dan tidak terlalu banyak di sekelilingnya. Langsung gue tidurin dan gue kangkangin kakinya. Kelihatan vaginanya mulai merekah. Gue yang udah nggak tahan terus menjilati dan menghisap-hisap bahagian selangkangan dan menuju ke arah vaginanya. Gue isep dan jilatin klitorisnya. Molly menggelinjang keenakan sambil mendesah dan mengerang.
“Awwhh.. uhh.. Darroonn..!!
Tiba tiba orgasme pertamanya keluar. Tubuhnya menggelinjang dan dia menjambak rambut gue dan sprei di ranjangnya.
Kemudian gue melebarkan kedua kakinya dan mengarahkan penis gue ke arah lubang kenikmatannya. Sebelum gue masukkin gue gesekin dulu penis gue di pintu lubang vaginanya. Dia mendesah kenikmatan. Akhirnya gue dorong penis gue ke dalam vaginanya. Terasa agak sempit kerana baru 1/3 dari penis gue masuk. Perlahan-lahan gue tarik lagi dan gue dorong sekuat-kuatnya. Ketiga kalinya baru berhasil masuk sepenuhnya.
“Aawwhh..sakit, Ron!!”
Dia mengerang kesakitan. Maka gue berhenti sejenak nunggu rasa sakit dia hilang. Akhirnya gue mulai bergerak maju mundur. Semakin lama gerakan gue semakin cepat. Terasa penis gue bergesekan dengan dinding vaginanya. Kami berdua mengerang kenikmatan.
“Ahh..Molly..enakk!!”
“Mmhh..awwhh..Ron, terus, cepet lagi!”
Gue semakin bernafsu dan mempercepat genjotan gue. Akhirnya dia menjerit dan mengerang tanda keluarnya orgasme ke dua.
Lantas kami berdiri dan gue puter badannya hingga membelakangi gue (doggy style). Gue tundukkin badannya dan gue arahin penis gue ke arah vaginanya dan gue genjot sekali lagi. Kedua payudaranya berayun-ayun mengikut gerakan genjotan gue. Gue pun meremas-remas pantatnya yang mulus dan kemudian ke depan mencari putingnya yang sangat tegang. Kami berdua banjir keringat.
Gue puter putingnya semakin keras dan payudaranya gue remas-remas sekuat-kuatnya.
“Ahh, Daron..gue pingin keluar..!!” jeritnya.
Terus gue percepat gerakan gue dan die menjerit untuk orgasmenya yang kali ketiga. Gue pikir-pikir gue ni kuat juga ya.. Tapi gue juga merasa mo keluar sekarang. Gue nggak sampai hati ngeluarin sperma gue di vaginanya. Langsung gue cabut penis gue dari vaginanya dan gue puter badannya. Gue arahin penis gue ke mulutnya yang langsung mengulum dan melumat penis gue maju mundur. Gue mengerang kenikmatan
“Akhh..Mol, gue keluar..!!”
Gue semburin sperma gue didalam mulutnya dan ditelannya. Sebagian mengalir keluar melalui celah bibirnya. Terus penis gue dibersihin dan dijilatin dari sisa-sisa sperma.
Kemudian gue ngeliat jam di meja. Pukul 5.30!! Mati kalau nggak cepet-cepet. Selepas kami memakai baju semula dia ngucap terima kasih ke gue.
“Makasih, Ron! Belum pernah gue ngrasa sebahagia ini. Sebenarnya dari pertama kali gue ngeliat loe gue udah suka” Katanya.
“Oh, emang mungkin jodoh kali soalnya waktu ngeliat loe di gerbang sekolah gue juga udah suka.” kata gue.
“Tapi gimana dengan adik loe?”
“Nggak apa-apa, dia juga nggak bakalan marah. Adik gue bentar lagi datang. Jadi latihan bareng nggak?”
“Nggak, ah. Males, udah letih latihan tadi” kata gue sambil tersenyum.
Dia pun balas tersenyum. Akhirnya gue balik rumah dengan perasaan gembira. Mimpi gue udah tercapai.